Melainkan Tanda Kasih Sayang dan Penghargaan
Hidup itu adalah proses pembelajaran diri tanpa akhir. Ada banyak hal yang tampak sangat sepele,tapi belum dapat dimaknai sebagaimana semestinya. Salah satunya adalah menerima suatu pemberian ,dalam bentuk apapun .
Sumbangan yang diberikan kepada korban gempa bumi ataupun musibah lainnya,juga bukanlah karena semua korban tidak mampu beli. Melainkan karena situasi dan kondisi yang tidak dapat diramal menyebabkan mereka terkurung ,sehingga sangat sulit menerima makanan . Sebagai sesama manusia,maka hati kita terpanggil untuk ikut berperan serta dalam memberikan bantuan.
Dalam hubungan persahabatan dan kekeluargaan, menerima suatu pemberian,sama sekali bukan merupakan sebuah penghinaan atau karena orang yang memberi menganggap kita tidak mampu .Melainkan karena rasa kasih sayang dan persahabatan,serta penghargaan.Hal inilah yang paling sering salah diterjemahkan oleh sebagian orang. Sehingga menolak menerima pemberian ,karena merasa tersinggung
Sewaktu kami berdua ,keliling nusantara untuk melakukan kopdar to kopdar dengan sesama Penulis di Kompasiana ,setiap pemberian,kami terima dengan segala senang hati. Ada yang memberikan buah Salak, ada yang memberikan Krupuk. ada Wedang Jahe dan seterusnya. Ada juga yang memberikan batik dan selendang ,bahkan ada yang memberikan saya angpau. Semua saya terima dengan sangat senang hati. Sama sekali kami tidak merasa dianggap ,kurang mampu sehingga diberikan oleh oleh,melainkan sebagai tanda kasih sayang dan penghargaan.
Ada termos air dan baju kaos di hadiahkan oleh Admin Kompasiana,kami bawa ke Australia Padahal termos dirumah kami ada selusin dan baju kaus dua lemari penuh. Tetapi intinya,bukan ada atau tidak ,melainkan menghargai pemberian orang .
Janganlah Sampai Keliru Memaknai
Pernah suatu waktu,sewaktu bu Dewi Tobing Agustina masih menjadi Pimpinan di KJRI Perth, tetiba ada yang mengetuk pintu. Ternyata pak Martin Damanik, Vice Consul of Administration Affair Jenderal KJRI Perth yang mengantarkan lontong . Kata pak Martin :"Ini di minta bu Dewi untuk mengantarkan kepada Bapak dan ibu" Sungguh bagi kami merupakan sebuah penghargaan tak ternilai Sampai seorang Consulate Jenderal RI mau mengirimkan kami lontong . Pasti bukan lantaran kami dianggap tidak mampu beli lontong.
Hal yang tampak sangat sepele,tapi alangkah eloknya bila disikapi secara arif dan bijaksana. Menerima pemberian orang yang diberikan secara tulus,sama sekali tidak akan merendahkan diri kita .Melainkan merupakan jembatan untuk merawat hubungan persahabatan dan kekeluargaan.
Menolak pemberian orang dapat melukai hati yang memberi. Inilah salah satu pelajaran hidup yang tidak pernah diajarkan di universitas manapun di Semesta ini.