Kilas Balik Dalam Kehidupan
Pagi tadi saya duduk di teras yang menghadap ke kolam renang. Dinaungi daun pohon kelapa dan air jernih membiru, sungguh merupakan sebuah pemandangan yang mengasyikkan . Apalagi sambil mereguk secangkir cappuccino hangat yang disediakan oleh isteri tercinta.
Tetiba telinga saya menangkap suara burung yang mencicit dengan lemah. Saya letakkan cangkir berisi cappuccino dan berdiri mencari asal suara. Ternyata seekor burung pipit tampak tergolek disudut teras. Saya angkat dan letakkan di telapak tangan, tapi hanya mampu sekedar menggoyangkan tubuh nya yang mugil dan mencicit.
Ia belum mampu terbang. Saya kuatir untuk melepaskan lewat jendela,karena kalau Pipit ini belum mampu terbang,ia akan jatuh dari ketinggian lantai 4 dimana kami menginap. Karena itu saya bantu dengan menyalurkan energy ketubuh mungkin si Pipit. Selang beberapa saat,mulai berdiri ditelapak tangan saya dan terbang. Hinggap di daun pohon pinang dan terbang kepepohonan lainnya. Saya pikir syukurlah si Pipit sudah kembali ke sarangnya. Menarik daun jendela untuk menutupnya kembali. Tetapi sebelum tertutup habis, tetiba bayangan kecil melesat masuk. Eee ternyata si Pipit tadi datang lagi.
Terbang mengitari kepala saya dan turun kelantai. Seakan akan ingin mengucapkan terima kasih karena saya sudah menyelamatkannya tadi.
Seperti kisah dalam dongeng. Aneh tapi nyata.Seekor pipit ternyata tahu Berterima kasih . Kemudian mencicit sambil terbang kealam bebas.
Saya terpana. Burung pipit ini telah mengingatkan saya, agar jangan pernah melupakan budi baik orang.
Refleksi diri.
Denpasar Bali
Tjiptadinata Effendi