Lebih Baik Mati Berkalang Tanah. Sudah Tidak Berlaku Lagi?
Quote: "Daripada hidup bercermin bangkai,lebih baik mati berkalang tanah". Kalimat ini sudah diajarkan sejak saya masih duduk dibangku Sekolah Rakyat, yakni tahun 50 an. Arti dan maknanya sudah sangat jelas, yakni: "Daripada hidup menanggung malu, lebih baik mati saja." Kalau boleh dianalogikan dengan kejadian belakangan ini,yang sempat heboh dan mengalahkan Drama Korea mungkin dapat direvisi menjadi: "Daripada mempermalukan Bangsa dan Negara ,Lebih Baik Harakiri "
Mungkin kedengarannya terlalu emosionil ya, tapi sebagai salah seorang dari total 245 juta rakyat Indonesia, boleh dong saya ikut menyampaikan perasaan?
Kalau mencontoh cara petinggi di Jepang yang merasa bersalah karena telah mempermalukan keluarga dan bangsanya, tidak ingin merepotkan lagi Pemerintah untuk memelihara dirinya dalam penjara selama puluhan tahun, mengambil jalan singkat: "Harakiri" Bunuh diri itu dosa, menurut takaran agama. Tapi mana yang lebih besar dosanya dibandingkan dengan orang yang mempermalukan bangsa dan negaranya?
Mari kita tanyakan pada rumput yang bergoyang, mungkin saja di sana akan ada jawabannya.
Mungkin kalau ditanyakan pada siswa generasi mileneal, apa artinya peribahasa diatas, boleh jadi mereka akan terheran heran karena sudah lama tidak lagi didengar dan sudah tidak ada lagi ditulis.
Kini, justru pejabat yang hidup dengan jujur harus menahan rasa malu karena tidak mampu beli kendaraan mewah dan isterinya masih pakai tas yang dibeli dengan di Tanah Abang
Harakiri atau Seppuku
Tradisi lebih baik mati berkalang tanah,ketimbang hidup bercermin bangkai,dikenal juga di Jepang, walaupun jelas ditulis dalam bahasa yang berbeda.
Daripada hidup menanggung malu,mereka lebih memilih, menyudahi hidupnya dengan Harakiri.