Berjanji Itu Sangat Mudah, Menepati Janji Butuh Komitmen
Ada peribahasa kuno,yang sesungguhnya tetap relevan sepanjang masa,yakni :"Kejujuran adalah mata uang yang berlaku secara universal".Diera dimana hampir semua masalah dikait kaitkan dengan politik ,maka kejujuran boleh jadi dianggap sebuah kebodohan.
Padahal kejujuran adalah prinsip dasar untuk membangun ,bukan hanya membangun business ,tetapi juga membangun rumah tangga dan menjalin hubungan persahabatan.
Prinsip kejujuran diawali dari diri sendiri. Bukan dalam bentuk petuah nyinyir sana sini dan mengutip ayat ayat Kitab Suci,melainkan dengan memberikan contoh nyata dalam prilaku kita. Berharap agar anak anak kita jujur?Maka mulailah dari diri sendiri.
Sebagai orang tua,tunjukan pada anak anak,begini seharusnya Kalau papa dan mama yang salah,maka papa mama minta maaf,bukannya mencari alasan menimpakan kesalahan pada anak anak.
Sebagai guru yang bertugas tidak hanya mengajar,tapi juga mendidik murid murid,maka pak guru dan bu guru harus mampu memberi contoh tentang arti dan makna dari kejujuran. Kalau suatu waktu bu guru dan pak guru, keliru atau slip of tongue,maka tidak usah malu bilang :" Maaf ya anak anak,bu guru atau pak guru ,tadi keliru menjelaskan ya " Contoh teladan yang nyata,seratus kali lebih bermanfaat dibandingkan kothbah panjang lebar,tentang kejujuran .
Janji Itu Adalah Utang dan Utang Harus Dibayar
Berjanji itu sangat mudah,semudah membalik telapak tangan. Misalnya,mengudang teman teman makan bersama. Tetapi tetiba teringat,bahwa kalau yang datang banyak gimana ? Wuih,maka dicari alasan untuk tidak datang dengan pura pura sakit perut,mobil mogok atau banjir lokal .
Apapun alasan yang diberikan, tidak menepati janji ,maka dalam hati orang sudah tertanam satu hal yakni bahwa diri kita adalah orang yang tidak bisa dipegang janjinya. Membangun hubungan persahabatan,butuh waktu bertahun tahun,tapi untuk memutuskannya,cukup sekali saja membatalkan janji yang sudah disepakati.
Zaman boleh saja berubah,dari zaman tempo doeloe,menjadi zaman mileneal ,tapi prinsip hidup:" Perlakukanlah orang lain,sebagaimana kita ingin diperlakukan" tidak lekang dimakan waktu dan tetap relevan sepanjang hayat. Apakah kita senang bilamana sudah menunggu di restoran ,tapi tetiba masuk pesan WA atau telpon dari sahabat yang mengundang:"Aduh,maaf ya mendadak saya nggak enak badan nih " Mungkin demi basa basi,kita jawab :" Ya nggak apa apa deh" tapi sesungguhnya dalam hati kita sudah tertanam :" Orang ini bukan sahabat saya. Karena seorang sahabat,seharusnya tahu menghargai orang yang diundang " Dan kelak bila diundang oleh orang yang sama,buru buru dijawab:"Aduh,saya sibuk nih " atau " wah,maaf saya tidak bisa datang,kucing saya lagi melahirkan "