ilustrasi: pixabay.com
Apa Yang Dilakukannya Keluar Dari Lubuk Hatinya
Menyamakan kata dengan perbuatan bukanlah perkara mudah. Ada begitu banyak faktor yang menyebabkan ada orang yang berbohong dengan mengatakan sesuatu yang sesungguhnya tidak dilakukannya. Atau sebaliknya, tidak mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya. Untuk membentuk kepribadian menjadi orang yang tulus, sungguh dibutuhkan tekad dan usaha serta kerja keras untuk selalu menyamakan kata dengan perbuatannya. Hal ini mengingatkan kita pada kata kata bijak:"
Hadis: Tuntutlah ilmu sejak dalam buaian hingga liang lahat
Yang dapat dimaknai bahwa hidup ini sesungguhnya merupakan proses pembelajaran diri tanpa akhir. Kita bisa belajar dari siapapun dan dari apapun. Belajar tentang ketekunan bekerja dari seekor semut yang selain mau bekerja keras, juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Kita tidak pernah menyaksikan seekor semut yang mendapatkan sebutir beras, menikmatinya secara diam diam seorang diri. Melainkan ia berusaha menyeret beras tersebut hingga ke sarangnya dan dapat dinikmati bersama sama.
Kita juga bisa belajar setia dari matahari dan belajar sabar dari samudra yang menampung semua sampah dan kotoran yang dibuang ke dalam samudra . Belajar dari sebatang pohon, yang di kala panas menjadi tempat orang berteduh dan saat berbuah menjadi tumpuan bagi burung burung untuk mendapatkan makanan. Bahkan saat sudah mati, sebatang pohon tetap berguna, untuk dijadikan lemari dan dinding atau tiang rumah. Sebatang pohon, tetap bermanfaat walaupun sudah mati, bagaimana dengan kita sebagai makluk ciptaan Tuhan yang paling mulia ? Seperti kata peribahasa" Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading dan manusia mati meninggalkan apa ?
Untuk belajar tentang ketulusan, mungkin kita perlu belajar dari seorang anak kecil. Anak kecil akan melakukan segala sesuatu sesuai dengan apa yang ada di dalam hatinya. Saat ia berdoa, maka seorang anak akan berdoa dengan setulus hati, bukan untuk dilihat dan dipuji orang, tetapi demi memuliakan Tuhan.
Memang tidak ada makluk yang sempurna di dunia ini karena Yang Mahasempurna hanya satu yakni Tuhan Yang Mahasempurna. Tetapi setidaknya, kita dapat belajar untuk menjadi lebih baik, setidaknya menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Bukankah ada tertulis "Sebaik baiknya manusia, adalah orang yang hidupnya bermanfaat bagi orang lain?"
Renungan sebelum tidur
Tjiptadinata Effendi