Harga Secangkir Kopi Sama Dengan Harga 3 Lusin Telur Ayam
Ada berjibun contoh aktual dan fakta yang mengajarkan kepada kita bahwa semesta tidak tunduk pada aturan dan teori yang dibuat oleh manusia dengan segala kejeniusannya. Hal ini mengakibatkan jatuhnya korban,baik karena tsunami,banjir badang maupun gempa bumi.
Membuktikan bahwa segala kepintaran yang dituangkan dalam ujud teori yang sarat dengan istilah keren,tetap saja tidak mampu mencegah terjadinya petaka bagi umat manusia ,setiap kali terjadi bencana alam.
Padahal menurut teori kalau sudah tahu penyebabnya dan sudah tahu bahwa gunung akan meletus,maka sejak dari awal ,penduduk sudah diungsikan,demi untuk meminimalkan korban jatuh.
Kembali Kejudul
Seperti biasanya, bila seorang kakek mau bercerita maka dimulai dengan bicara hilir mudik terlebih dulu,baru masuk ketopik pembahasan. yakni masalah yang jadi viral belakangan ini:"Masalah Harga Telur Selangit" Nah,menurut teori ekonomi, bila cost production mengalami peningkatan maka harga jual terpaksa harus ditingkatkan,agar masih ada keuntungan bagi para pelaku ekonomi.
Masalah lain yang bisa timbul adalah tidak terjadi perubahan dalam pengeluaran untuk biaya produksi, dalam hal ini harga pakan ternak tidak naik dan upah buruh juga tidak mengalami perubahan tapi produksi mengalami kemunduran ,sedangkan ambisi pembeli tetap maka akan terjadilah gejolak kenaikan harga.
Sedikit saja terjadi gelombang antara demand dan supply, akan berakibat pada harga di pasaran . Tetapi yang terjadi belakangan adalah,harga pakan dan upah buruh tidak mengalami perubahan,tapi harga telur tetap membumbung tinggi. Mengapa? Kembali kepada prinsip diatas,bahwa antara teori dan fakta di lapangan tidak selalu seiring dan sejalan
Mari Kita Tengok Harga Telur di Australia
Anak SD sudah tahu bahkan orang yang tidak pernah baca koran pun tahu,bahwa harga pakan ternak dan upah buruh di Australia adalah berlipat kali lebih mahal dibandingkan dengan di Indonesia. Tapi mengapa harga telur di Australia sejak beberapa tahun belakangan ini justru mengalami penurunan yang cukup drastis? Kalau dikarenakan harga yang sangat rendah,bila dibandingkan dengan harga secangkir kopi yang harganya senilai minimal 5 dollar,maka berarti dengan harga secangkir kopi sudah dapat beli 3 lusin telur ayam .Apakah para peternak mengalami kerugian? Kalau rugi,apakah mereka mampu bertahan hingga bertahun tahun? Misteri inilah yang agaknya belum dapat dijawab dengan tuntas.