Setiap Orang Memiliki Makna Tersendiri
Jelang sesaat lagi memasukki pintu gerbang acara akbar Kompasianival,seperti biasanya pembahasan mengenai siapa yang akan terpilih untuk mendapatkan Penghargaan Kompasiana dalam berbagai kategori ,sudah terasa menghangat sejak sebulan lalu. Puncak dari penghargaan ini adalah Kompasianer of the Year.
Berapa lama "Gelar " Kompasianer of the Year ini boleh melekat pada diri orang yang telah menerimanya? Hingga saat ini belum ada penjelasan dari Admin. Ada yang berpendapat bahwa "Gelar" Kompasianer of the year ini hanya berlaku untuk sehari saja. Usai Kompasianival maka "gelar " tersebut sudah invalid atau tidak lagi berlaku. Untuk melakukan uji coba, sejak beberapa tahun lalu, saya sengaja mencantumkan di bawah photo profile saya "Kompasianer of the Year 2014". Selain merupakan kebanggaan tersendiri sekaligus ingin memastikan bahwa gelar Kompasianer of the Year ini bukan hanya berlaku sehari melainkan berlaku seumur hidup kecuali ada pencabutan gelar karena melakukan suatu kesalahan besar.
Membandingkan Dengan Penghargaan Lainnya
Membandingkan dengan penghargaan lainnya,yang sudah pernah saya terima,tentu saja sama sekali tidak meremehkan pihak manapun.Hanya sekedar memberikan gambaran ,kira kira sepenting apa saya menilai "gelar" yang diperoleh sebagai Kompasianer of the Year 2014.
Saya sudah menerima berbagai penghargaan dari ORARI karena berhasil memenuhi kriteria Worked of All Indonesian Awards. Juga menerima penghargaan dari Pemerintah RI di bidang komunikasi karena telah ikut berperan serta dalam membantu komunikasi saat pemilu dan kegiatan pramuka. Semuanya ini karena saya dinilai sudah menjalani semua operating prosedure dan mengabdikan diri selama lebih dari 20 tahun sebagai pengurus di ORARI.
Tapi ada juga penghargaan yang saya dapatkan secara tetiba. Di tahun 2011 saya dapat kiriman email bahwa karena dari hasil monitor Panitia, saya dinilai telah berjasa dalam kegiatan sosial yakni memberikan layanan sosial dalam penyembuhan alami Reiki tanpa memungut biaya apapun. Maka menurut Panitia, saya berhak untuk mendapatkan penghargaan Man of the Year 2011. Tidak ada kewajiban membayar apapun kecuali makan malam pada waktu acara berlangsung karena Panitia tidak mendapatkan alokasi dana dari Pemerintah. Karena tidak ada syarat yang memberatkan maka saya pikir adalah wajar kalau kita makan di hotel masing-masing bayar apa yang dimakan dan diminum. Selain dari kami berdua, saya ajak bu Susi Sulatri dan Pak Bimo Prakoso untuk ikut hadir.
Maka pada malam inaugurasi yang diikuti oleh sekitar 200 orang di salah satu Ball Room di Jakarta, saya merupakan salah seorang dari Penerima penghargaan "Man of the Year 2011" walaupun sesungguhnya kami menjelajahi seluruh Nusantara dalam rangka melakukan upaya penyembuhan alami sosial sama sekali tidak mengharapkan mendapatkan penghargaan. Tapi kalau ada yang ingin memberikan penghargaan tentu saja dengan senang hati saya menerimanya.
Setelah Itu Komunikasi Terputus
Saya banyak mendapatkan ucapan selamat dari sanak keluarga dan teman-teman atas penerimaan penghargaan Man of the Year 2011 ini. Tapi selanjutnya tidak ada lagi kabar beritanya sehingga saya merasa sungkan untuk menyematkan Man of the Year 2011 di bawah photo profile saya.
Berbeda dengan Kompasianer of the Year 2014 yang saya terima dengan "Pede" saya menyematkannya di belakang nama saya. Sebuah kebanggaan bagi saya pribadi dan tentu saja juga menjadi kebanggaan isteri, anak mantu, dan cucu-cucu serta mantu cucu dan cicit, bahwa Engkong dan Engkongco pernah dapat meraih Penghargaan Kompasianer of the year 2014. Bagaimana kalau ada yang menawar mau beli? Tentu akan saya jawab, "No way!"