Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Bebas dari Belenggu Iri Hati dan Kebencian

Diperbarui: 20 November 2021   18:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi 

Menyaksikan Awan Berarak Mampu Melambungkan Rasa Syukur Kita

Kalau hidup bisa dipermudah mengapa harus dipersulit? Bila hati kita sarat dengan kecurigaan dan iri hati menyaksikan orang lain lebih sukses dibandingkan diri kita, maka secara tanpa sadar kita sudah membangun penjara tak kasat mata bagi diri kita sendiri. 

Duduk diteras rumah sambil menikmati secangkir kopi hangat seharusnya merupakan saat saat yang dapat dinikmati. Tapi karena suasana hati yang galau akibat dilanda kecurigaan dan iri hati, maka momentum yang sesungguhnya dapat dinikmati terlewatkan. 

Malam hari saat yang sesungguhnya dapat dimanfaatkan sebagai me time bersama keluarga tercinta kembali tidak terpenuhi. Bahkan saat orang lain tidur nyenyak menikmati mimpi indah dalam pelukan pasangan hidupnya, kita tidak bisa tidur. Gelisah, bolak balik kiri kanan dan akhirnya membutukan obat penenang untuk dapat tidur.

Hal ini akan semakin memburuk bila disamping suasana hati dikuasai oleh  iri hati dan kecurigaan masih ditambah lagi dengan kebencian. Maka lengkaplah sudah syarat untuk hidup menderita lahir batin. 

Dari segi ekonomi boleh jadi dapat hidup berkecukupan, tapi suasana batin yang risau dan bergalau menyebabkan orang tidak dapat lagi menikmati hidupnya secara layak. 

Hal ini secara tanpa sadar akan mengerus rasa syukur kepada Tuhan. Bagaimana mungkin orang dapat bersyukur, kalau hatinya sarat dengan iri hati, kecurigaan dan kebencian?

Dokumentasi pribadi 

Langkah Sederhana Untuk Membebaskan Diri 

  • Syukurilah apa yang ada pada kita
  • Lupakanlah apa yang sudah hilang 
  • Maafkanlah orang yang pernah menyakiti hati kita 
  • Hindari mencari cari kesalahan orang 
  • Mulailah hari dengan bersyukur kepada Tuhan

Hal inilah yang kami jadikan pedoman dalam menjalani hidup. Kami berdua bukan tipe agamis. Bahkan ayat ayat kitab suci dari agama yang kami imani tidak sepenuhnya kami hafal. 

Tapi kami bersyukur dapat menikmati hidup tanpa kebencian terhadap siapapun. Tidak ada musuh, tidak ada utang piutang, dan jauh dari kebencian terhadap siapapun.

Setiap bangun pagi selalu kami awali dengan bersyukur "Praise the Lord. I still alive " Puji Tuhan, kami masih hidup Dan  saat malam tiba sebelum tidur kami berpegangan tangan dan bersyukur atas perlindungan Tuhan atas diri kami berdua dan seluruh keluarga. Dan kemudian menyerahkan hidup kami sepanjang malam kedalam tangan Tuhan. Dan kami tidur pulas serta mimpi indah. Mudah banget kan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline