Dalam Kejatuhan Tidak Ada Ruang Baginya
Seperti yang sudah pernah saya sampaikan,bahwa hidup itu adalah merupakan proses pembelajaran diri tanpa akhir. Dan kita sudah dibekali dengan sebuah peribahasa: "Learn from the cradle to grave" Belajar sejak dari buaian hingga keliang lahat".
Salah satu hal yang menjadi catatan penting dalam pelajaran hidup yang saya pateri dilubuk hati terdalam adalah :
"Saat kita jaya maka kita akan disanjung,tapi saat tidak berdaya ,kita akan dilupakan orang" Memang tidak semua orang bersikap mental semacam ini,tapi secara umum, sungguh merupakan fakta tak terbantahkan. Bagi saya ,berbagi kisah adalah salah satu cara mengaplikasikan Life is to share. Karena gaya penulisan saya adalah Story telling,maka tidak mudah bagi saya untuk mengubah gaya menulis untuk disesuaikan dengan perubahan zaman. Karena itu,walaupun konsekuensi logisnya,tulisan saya tidak akan banyak dibaca orang,saya akan tetap menulis .
Semasa Jaya Tokoh Masyarakat
Saya masih ingat sosok tokoh masyarakat di Sumatera Barat,khususnya di kota Padang,yang semasa jayanya ,merupakan tokoh masyaratkat yang sangat dihormati, Kemanapun ia pergi selalu disambut dengan senyuman manis dan anggukan kepala sebagai tanda hormat. Dalam setiap acara ,selalu diminta untuk memberikan sambutan ,
Sosok pria ini bahkan menjabat sebagai pimpinan salah satu komunitas dan sekaligus pimpinan sebuah yayasan yang tentu tidak perlu disebutkan disini. Setiap kali ada acara pertemuan,selalu mendapatkan tempat terhormat dibaris paling depan . Apalagi orangnya sangat ramah dan sangat mudah membuka dompet untuk membantu siapa saja.
Tapi entah karena apa ,suatu waktu sosok terhormat ini katakanlah namanya Om Rudy ,pindah ke Jakarta . Dan sejak saat itu saya tidak pernah lagi mendengarkan berita.
Pulang Kampung Dalam Kondisi Nestapa
Entah berapa tahun persisnya Om Rudy di Jakarta,saya sudah tidak ingat lagi. Yang masih jelas dalam ingatan saya adalah saat bertemu dengan Om Rudy. Saya sungguh hampir tidak lagi mengenalnya,karena dulu berbadan tegap dan wajah ceria ,serta suara lantang. Tapi saat bertemu, kondisinya sungguh sangat memprihatinkan.
Saya panggil Om,untuk menghargai karena usianya jauh lebih tua dibandingkan saya pada waktu itu. Om Rudy menceritakan sambil menangis, bahwa saat berusaha menemui sahabat lamanya,tidak ada yang mau menerima dengan alasan mereka sangat sibuk. Saya dapat merasakan betapa menyakitkan rasanya ditolak oleh sahabat sendiri. Karena saya sudah pernah mengalaminya.