Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Benarkah Penulis adalah Profesi: "Ketimbang Jadi Pengganggur?"

Diperbarui: 21 September 2021   12:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: www.crushpixel.com/

Pertanyaan Yang Menyesakan Dada ,Tapi Bermanfaat Dijadikan Refleksi Diri

Kalau yang menulis bukanlah seorang Penulis,maka boleh jadi akan jadi sasaran kemarahan atau setidaknya protes dari berbagai kalangan Penulis. Tapi karena yang menulis adalah juga salah seorang Penulis,tentu saja jelas ,judul diatas bukan dalam konteks meremehkan nilai seorang Penulis,melainkan justru untuk dapat dijadikan refleksi diri. 

Kalau ada yang bertanya :"Apakah  Pak Tjip seorang wartawan ?"Dengan tegas saya menjawab :"Bukan,saya Penulis tapi bukan wartawan " Saya berani mengatakan bahwa diri saya adalah Penulis,karena sudah tertuang dalam belasan buku karya saya yang diterbitkan Disana tertulis:"Penulis " atau "Author" . 

Pertanyaan kedua ,apakah menulis merupakan Profesi bagi saya ?"  jawabannya:"Bukan , bagi saya menulis adalah passion,hobi dan sekaligus kebutuhan jiwa saja,tapi profesi saya bukan Penulis ." Buktinya? Seperti pernah saya tuliskan,bahwa hasil royalty  10 judul karya tulis saya yang diterbitkan oleh Elekmedia Komputindo,dicetak antara 9 kali hingga 15 kali,selama kurun waktu  sekitar 5 tahun.  Dan sejak royalty mulai masuk ke rekening,saya tidak pernah menyenggolnya. Karena sejak awal saya sudah niatkan,untuk bawa isteri saya jalan jalan keluar negeri.  Dan hal tersebut saya buktikan.  

Sebagai gambaran : 

1 judul buku dicetak 3000 eksemplar Kalau dipukul rata 10 kali dicetak ulang,berarti 10 x 3000 eksemplar= 30.000 eksemplar .  Royalty yang paling minim saya terima adalah ditahun 2005 adalah sejumlah sekitar 20 juta rupiah . Hal ini merupakan terakhir kali saya mendapatkan royalty,karena setelah itu,buku tersebut sudah tidak lagi dicetak ulang.

Tapi walaupun karyatulis saya tidak lagi dicetak ulang oleh Elekmedia komputindo,bukan bearti saya berhenti menulis,tapi karya tulis saya selanjutkan tetap diterbitkan oleh penerbit lainnya,walaupun sudah tidak ada lagi royalty . Karena dalam dunia tulis menulis,ada 2 pilihan bagi Penulis,yakni :"jual beli putus" atau " kerja sama dengan menanda tangani Surat Perjanjian Kerja sama dengan Penerbit,yakni setiap kali dicetak ulang,maka kita akan mendapatkan royaltynya. Atau sistem jual beli putus,berarti kita dapat uang sekaligus dan setelah itu seluruh hak cipta,berpindah hak kepada yang membeli.Terserah kepada kita mau pilih yang mana.?

Penulis di Kompasiana Rata Rata adalah" Penulis Passioner"

Yang menulis bukan merupakan profesi, melainkan berdasarkan passion . Karena itu,urusan K Reward,sama sekali bukan merupakan topik perhaian,tapi semata mata tertuju,:"Bagaimana saya dapat menulis lebih baik lagi?"  Hal ini berbeda dengan Penulis Professional,yang akan STOP menulis,bila hasil karya tulisnya tidak dibayar .Berdasarkan fakta fakta tersebut,maka mungkin tidak salah bila kita mengambil kesimpulan,bahwa 99 persen dari Penulis di Kompasiana,adalah orang yang menulis ,karena hobi menulis. 

Nah,kalau memang benar,bagi kita menulis merupakan hobi, sama sekali tidak masalah dengan mendapatkan K Reward atau tidak,kita akan tetap menulis. Ibarat hobi mancing,walaupun seringkali memancing,pulang dengan tangan kosong,tapi tetap tidak pernah kapok untuk terus pergi mancing,karena mancing is my hobby.

Beda dengan orang yang memancing,karena Profesinya .Bila tidak yakin akan mendapatkan ikan,maka ia tidak akan pergi melaut.Karena hanya akan membuang dana untuk biaya perjalanan dan umpan. Tulisan ini,bukan hasil research, melainkan semata mata merupakan opini pribadi,yang mungkin saja tidak semua orang setuju. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline