Syukurlah Kini Sudah Tidak Digunakan Lagi
Ada banyak pantun yang bernilai seni dan memiliki pesan moral mendalam, yang saking lamanya, tidak diketahui lagi siapa penciptanya dan sudah dianggap sebagai pusaka bagi generasi muda Indonesia. Salah satu contoh adalah :
Berburu kepadang datar
dapat rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar
bagaikan bunga kembang tak jadi .
Yang menyirat pesan moral, kalau mempelajari sesuatu hendaknya hingga tuntas dan jangan kepalang tanggung
Pantun lain, yang juga sangat popular di era tahun 50 an adalah :
Kalau ada sumur di ladang
boleh saya menumpang mandi
kalau ada umur panjang'
boleh kita berjumpa lagi
Ini hanyalah sekedar contoh, bahwa betapa banyaknya pantun yang sarat dengan pesan moral dan sekaligus mempererat hubungan persahabatan. Setiap orang sesungguhnya boleh saja dengan bebas menuliskan pantun,sesuai dengan selera masing masing.
Pantun paling sadis yang pernah populer ditahun 50 an dikampung halaman saya,menurut saya merupakan pantun sadis dan tak layak disebutkan sebagai pantun Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pantun adalah bentuk puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasanya terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b).
Dulu di Sumatera Barat permainan yang sarat dengan pantun adalah permainan KIM -Kesenian Irama Minang . Permainan yang diminati tidak hanya dari warga Sumatera Barat,tetapi bahkan datang dari berbagai daerah lainnya. Ada banyak hadiah disediakan,mulai dari Radio Transistor,kain sarung hingga sepeda motor.
Kami juga pernah ikut main sewaktu diadakan di Danau Maninjau. Tetapi kemudian permainan ini menimbulkan Pro dan Kontra,karena ada yang menilainya, mengandung unsur judi.
Karena saya orang Padang,tapi bukan orang Minang,maka saya tidak berani gegabah menuliskan suatu hal yang berada diluar kapasitas saya.
Pantun Sadis Tersebut Berbunyi
Setinggi tinggi pohon kelapa
Tidak setinggi pohon kelawi
Mati bapak tidak mengapa
Mati ibu binasa diri