Setahun Uang Pensiunan Habis Dalam Sebulan
Selama tinggal belasan tahun di Australia, saya dan isteri ,mungkin termasuk orang yang paling betah mengunjungi sesama orang Indonesia. Sebagai contoh, untuk dapat ngopi bareng ,kami dengan senang hati berkendaran hingga dua jam perjalanan. Bukan sekali dua kali,tapi sudah tidak terhitung lagi entah berapa kali. Kalau bertemu dengan sesama orang Indonesia yang sudah lama menetap di Australia,maka yang jadi topik pembicaraan adalah ,anak sudah kelas berapa? Dimana ada restoran Indonesia yang enak masakannya?
Tapi bila bertemu dengan sesama orang Indonesia,yang datang hanya untuk mengunjungi keluarga,maka ceritanya menjadi beda topik. Bahkan boleh dikatakan ,kami berdua lebih banyak jadi pendengar yang baik,untuk mendengarkan curhat dari teman teman sesama orang Indonesia . Keluhan yang paling banyak adalah :
- bosan dan pingin cepat cepat pulang ke kampung
- uang pensiun setahun,habis dalam sebulan di Australia
- biaya hidup terlalu besar
Salah seorang diantaranya,sebut saja namanya Rudy ,mengatakan :" Pagi pagi anak dan mantu sudah berangkat kerja dan cucu cucu kesekolah. Baru malam harinya kami bertemu untuk makan malam bersama . Kami tidak kemana mana pak Tjip. Hanya jalan kaki pagi dan sarapan di Cafe berdua sama isteri. Kemudian makan siang di restoran ala kadarnya. Pak Tjip tahu,belum sebulan disini,sebulan uang pensiun yang saya tabungkan ludes semuanya !"
Mendengar curhat dari pak Rudy,saya percaya ,kalau belum satu bulan tinggal di Australia,setahun uang pensiun yang ditabungkannya dengan susah payah ludes . Secara simple saja,hitungannya, setiap pagi breakfast di Cafe suami isteri,setidaknya 2 x 15 dollar = 30 dollar .Plus makan siang di restoran ,minimal 2 x 25 dolar = 50 dollar .Total 80 dollar ,pengeluaran dalam sehari.Yang berarti dalam sebulan ,sekitar 30 x 80 dollar = 2.400 dollar sebulan atau setara dengan 25 juta rupiah
Kami Tinggal di Australia Tapi Hidup Dengan Gaya Indonesia
Kami bersyukur tempat tinggal gratis ,karena rumah milik putera kami .Begitu juga kendaraan baru adalah hadiah ultah saya ,sehingga kami setiap hari dapat menikmati hidup secara bebas. Kami makan di restoran,bila diajak anak cucu atau bila kami mengundang teman yang datang dari Indonesia, Selain itu,kami sarapan dirumah dan setiap hari kami keluar rumah,isteri saya selalu membawa bekal yang dimasak dirumah. Kami bisa makan ditaman atau ditepi pantai,tanpa harus mengorek uang banyak makan di Cafe atau di restoran.Malam hari,kami makan malam dirumah.
Bukan karena pelit,tapi kami sudah terbiasa hidup hemat dan lagi pula jauh lebih enak masakan isteri,ketimbang makan western food di restoran. Menurut isteri saya,pengeluaran untuk makan minum selama satu bulan,hanya berkisar 700 hingga 750 dolar. Kami makan enak dan makan kenyang. Pengeluaran ini ,tidak banyak beda bila dibandingkan saat kami tinggal di Jakarta,di Kemayoran. Jadi besarnya biaya hidup,tergantung pada gaya hidup kita masing masing .
Hidup berhemat bukanlah berarti pelit,tapi mengatur pengeluaran uang secara bijak. Setiap kali ada teman baru datang dari Indonesai,selalu kami jemput untuk diajak makan bersama di restoran .Tapi dalam kondisi sehari harian,kami berprinsip ,kalau bisa makan dirumah,mengapa harus makan di restoran? Kecuali dalam merayakan hari ulang tahun. Itupun yang bayar adalah putera kami. Walaupun beda negara,tapi perinsip bahwa gaya hidup menentukan besarnya pengeluaran setiap bulan,agaknya cukup relevan untuk dijadikan pedoman
Tjiptadinata Effend