Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Seandainya "Miss Corona Jadi Permanent Residence" Siapkah Mental Kita?

Diperbarui: 29 Juli 2021   11:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi Pinterest.com

Hope For The Best ,But Ready for the Worst

Optimisme itu mutlak diperlukan. Hindari sikap mental yang pesimis. Begitu yang selalu terngiang-ngiang di telinga kita sejak tempo dulu dan terus berlangsung hingga kini. Tapi jangan lupa, di samping mengharapkan dan berdoa untuk yang terbaik, kita harus berani menghadapi kenyataan, sepahit apapun. Bukti nyata ada di depan mata kita dan terus berlangsung hingga kini. Sejak dari awal pandemi, kita amat yakin bahwa hal ini akan bersifat insidential dan dalam waktu beberapa minggu pasti sudah akan berlalu.

Bahkan saking PD-nya, saya sudah beli tiket untuk pulang ke Jakarta dan putra kedua kami di Jakarta sudah merencanakan untuk acara makan bersama. Tapi hari demi hari berlalu dan minggu minggu juga berlalu, tapi Miss Corona masih betah berlama-lama, saking banyaknya orang yang ngefans. Tapi masih ada yang ngeyel dan bilang,

"Itu konspirasi kaum kapitalsi, borjuis yang ingin meraih keuntungan. Semuanya hanya berita hoaks."

"No Covid!" Tetapi saat satu persatu orang yang biasa berkomunikasi dengan diri kita tidak bisa lagi mengangat telpon dan diwakili puternya yang mengatakan :" Maafkan papa ya Om.kemarin papa sudah dipanggil Tuhan,karena Covid " ,baru kita mulai terbangun  dan sadar bahwa bahaya latent dari Covid ini  nyata.

Tapi mungkin kita masih mencoba membantah suara hati dengan mengatakan,

"Ah itu cuma kebetulan saja" Tetapi belum tenggelam matahari, sudah masuk telpon dari sahabat karib kita. Tapi bukan dirinya yang menelpon,melainkan isterinya dengan suara yang meratap,menyampaikan,

"Om, maafkan suami saya.Tiba tiba nafasnya sesak dan sementara putra kami antri tabung oxigen, suami tidak mampu bertahan. dan pergi selama lamanya." Ratapan wanita yang kehilangan suami ini terasa bagaikan merobek hati . Ternyata bukan mimpi buruk,tapi si nona Corona memang pembunuh sadis yang tidak kenal belas kasih. Hal ini terus berlanjut,hingga mau menjawab telpon ditengah malam, rasanya tensi naik jadi 200. Jangan jangan........

Covid Membantai Orang Yang  Tak Beragama, Maupun Orang Yang Taat Beragama

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline