Tapi Reaksi Setiap Orang Berbeda Dalam Menghadapinya
Istilah "Jatuh" mengandung multi tafsir. Bisa berarti jatuh secara phisik,tapi boleh dimaknai "jatuh" secara finansial,bahkan tidak salah bila diartikan juga "jatuh"secara mentalitas. Karena bukan dalam kapasitas sebagai ahli bahasa,maka tulisan ini secara khusus membahas "Jatuh" dalam keartian secara ekonomi.
Walaupun sesungguhnya kejatuhan secara ekonomi,tidak mungkin dapat berdiri sendiri,karena sebagai manusia yang terdiri dari budi pekerti,cita dan rasa,maka kejatuhan dalam hal ekonomi,suka atau tidak suka akan menyebabkan juga mentalitasnya akan diuji.
Membangun ekonomi itu sulit,tapi jauh lebih sulit lagi membangun dari reruntuhan
Untuk mengubah nasib,agar mampu keluar dari keterpurukan hidup,orang butuh waktu bertahun tahun,bahkan mungkin belasan tahun dan puluhan tahun.
Bahkan tak dapat dipungkiri,ada orang yang seumur hidupnya tidak mampu mengubah nasibnya,sehingga sejak muda hingga akhir hayatnya tetap menjalani hidup sebagai "kuli"
Mengacu pada hal ini,maka secara pribadi ,saya sangat bersyukur "hanya "dalam waktu tujuh tahun,dari hidup bernafas dalam lumpur,saya dapat mengangkat level kehidupan keluarga menjadi "bernafas " diudara segar.
Sempat menikmati kemuliaan hidup dalam berikecukupan selama bertahun tahun,tapi suatu ketika,badai kehidupan itu melanda dan bahkan meluluh lantakan kehidupan kami.
Seperti yang sudah pernah ditulis, jatuh terpuruk dalam kondisi ekonomi,sehingga apa yang dibangun selama belasan tahun ,dalam sekejap hancur berkeping keping ,akibat kesalahan diri sendiri,yakni overdosis kepercayaan.
Hal ini mengimbas sikap mental ,sehingga menghadirkan trauma mendalam untuk dapat memulihkan kembali rasa saling percaya dengan sesama mitra bisnis.
Bersyukur Saya Bisa Bangkit dari Keterpurukan