Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Rancak di Labuah

Diperbarui: 10 Juni 2021   19:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: http://kristalmultimedia.blogspot.com/

Di Luar Tampil "Wah" Tapi Rumah Tangga Brantakan

Rancak di Labuah merupakan peribahasa yang berasal dari Sumatera Barat. Peribahasa ini merupakan sebuah sindiran kepada seseorang yang dluar tampil "Wah" dan mengagumkan, tapi ternyata kehidupan sesungguhnya brantakan. Di media sosial maupun di berbagai WAG selalu menjadi pusat perhatian. Tampil memesona dengan segala nasihat sana sini, tapi ternyata saat suatu waktu kita berkunjung kerumahnya sungguh sangat mengejutkan, karena berbeda bagaikan siang dan malam.

Kata "Rancak" berarti "Bagus" atau "Cantik"  Bisa ditujukan untuk wanita, misalnya "wah, rancak bana anaknyo " dan boleh juga digunakan untuk sebuah tulisan yang mantap. Misalnya "Rancak bana ulasannyo" Tapi kata "rancak" tidak digunakan untuk pria.  

Sedangkan kata "di labuah" dapat diartikan "diluar". Labuah juga berarti "Jalan". Jadi peribahasa ini dikatakan kepada orang yang tampil diluar, baik dalam kehidupan nyata maupun di dunia maya tampil begitu memesona, sehingga dikagumi orang banyak. Tetapi sayangnya, kehidupan sejatinya berbeda bagaikan siang dan malam

Tujuan Positif dari Peribahasa Ini

Walaupun bagi orang yang disindir dengan ucapan "Sadarlah, jaan cuma rancak di labuah", mungkin terasa sangat menyakiti karena merasa apa yang ditutupinya selama ini ternyata ketahuan dan diungkapkan secara terus terang. 

Tetapi sesungguhnya peribahasa ini bersifat positif, misalnya orang tua atau orang yang dituakan memberikan tegoran kepada anaknya "Yuang, apolah gunonyo iduik  rancak di labuah. Jaan sampe malompek tanggiri, malompek pulo bada bada"

Yang diterjemahkan secara bebas "Anakku, apalah gunanya hidup hanya tampil bagus diluar. Tidak perlu mengikuti gaya hidup orang kaya. hiduplah sesuai dengan jati diri sendiri. Yang singkatnya, hiduplah seperti apa adanya dan jangan sampai overacting meniru gaya orang kaya"

Walaupun zaman sudah berubah, tapi pesan moral dari sebuah peribahasa sesungguhnya tak lapuk dek hujan dan tak lakang dek paneh. Jadi tetap relevan untuk dijadikan pedoman dalam mengarungi kehidupan

The wisdom words atau kata kata bijak "Time is money" yang mengingatkan kepada kita semuanya bahwa waktu itu tak ternilai harganya dan tidak bisa dibeli, sehingga jangan dibiarkan terbuang sia sia. 

Dalam bahasa Minangkabau sesungguhnya sudah ada peribahasa yang intinya sama, yakni "Hari sehari dipatigo malam samalam diparampek. Duduak marawit ranjau,tagak maninjau jarak" Yang artinya adalah "Manfaatkanlah waktu sebaik baiknya"

Semoga tulisan ini ada manfaatnya

Tjiptadinata Effendi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline