Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Setiap Kali Hari Raya Tiba, Sahabat Semakin Berkurang

Diperbarui: 18 Agustus 2021   09:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dokumentasi Pribadi

Takdir Sudah Menjemput Mereka Satu Persatu

Dulu setiap Hari Raya Idul Fitri tiba,walaupun kami non Muslim,tapi termasuk yang paling sibuk berkunjung kerumah para sahabat kami,bukan hanya yang ada di kota kami domisili tapi juga berkunjung keberbagai kota,hingga ke kampung kampung. Rasanya senang banget punya begitu banyak sahabat dari berbagai suku bangsa dan latar belakang, 

Tapi belakangan ini, setiap tahun semakin berkurang orang yang dapat kami kunjungi atau kami ucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri,karena satu persatu sudah dijemput takdirnya. 

Gambar di atas menunjukkan kami bersama dengan Pak Bimo Prakoso,yang biasanya aktif  sebagai prototol Paskibrata di Istana  Kami sempat mengujungi ,makam Cut Nyak Dhien di Sumedang dan itulah pertemuan kami yang terakhir kalinya. 

Sehari sebelum dijemput takdirnya, pak Bimo alm.masih menelpon saya. Dan sama sekali tidak ada firasat,bahwa dalam usia yang relatif masih mudah  tkdir sudah menjemputnya. 

ket.foto: bersama pak I Wayan Parnatha di Free Port../dokumentasi pribadi/ yang bertopi adalah pak I Wayan Parnata alm

Begitu juga dengan sahabat kami pak I Wayan Parnatha, terakhir kalinya kami diajak jalan jalan ke Free port dan kemudian makan malam bersama dengan kepiting Papua. Bahkan kami berjanji akan bertemu lagi dan kami akan diiundang makan Udang Selingkuh,yang tubuhnya udang,tapi capiknya kepiting.

Tetapi manusia boleh bikin janji,namun keputusan akhir ada ditangan Tuhan. Dua hari sebelum dipanggil Tuhan,kami masih saling menelpon dan setelah itu pak Wayan pergi untuk selama lamanya

ket.foto: bersama kol.Jamaris Jamaan alm. foto kenangan terakhir

Setiap kali Hari Raya Idul Fitri tiba,entah mengapa,kenangan tentang sahabat kami ,yang satu persatu sudah berangkat ke "Tanah Terjanji" tidak terhindarkan.

Semakin saya mencoba melupakan,semakin kental bayangannya menjelma dalam hati. Yang kalau saya tuliskan semuanya,akan merupakan  sebuah album kesedihan. 

Ada pak Sugiri ,yang pernah menjadi Kakanwil Deparpostel dan sewaktu pensiun ,pulang kampung ke Depok. Terakhir kali kami ketemu di Jakarta dan sempat makan bersama di rumah makan Padang ,Ternyata itulah perjumpaan kami yang terakhir.

Peristiwa demi peristiwa,semakin menambah pencerahan dalam diri saya,akan arti dan makna Takdir. Bahwa hidup itu tidak dapat ditakar secara sistimatik,kapan waktunya orang harus meninggalkan dunia ini untuk selama lamanya. Tak ada makluk di dunia ini yang dapat menolak takdir

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline