Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Menakar Kadar Derajat Tawakal Diri Sendiri

Diperbarui: 4 Mei 2021   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi:https://www.ncronline.org/

Jalan Menuju Kontemplasi Diri

Malam ini kembali saya bersyukur karena telah membaca tulisan pak Hendro Santoso yang dikemas dalam puisi yang indah. Sejujurnya saya tidak pandai menulis puisi, padahal saya dulu kuliah di jurusan bahasa Indonesia di IKIP Padang.  

Kalau dulu, sewaktu jatuh cinta pada seorang gadis yang bernama Helena wuih saya mendadak jadi pintar banget menulis puisi tentang cinta. Sehingga tiada hari tanpa puisi. Tapi setelah kami menikah, mendadak kemampuan saya menulis puisi menjadi sirna, Tapi tak apalah yang penting gadis yang bernama Helena ini sudah menjadi pendamping setia selama lebih dari 56 tahun, Bahkan membisikan kepada saya bahwa satu satunya laki laki yang dicintainya di dunia ini adalah diri saya. 

Kembali Kejudul

Wah, kalau berbicara tentang cinta saya jadi lupa diri. Hmmm Oya, tentang mengukur atau menakar derajat tawakal diri.. Apakah kata "tawakal" dapat dimakanai dengan "berusaha sekuat tenaga untuk mencapai target kita dan kata akhirnya adalah menyerahkan sepenuhnya ketangan Tuhan. Yang kalau dalam bahasa Inggris disebutkan "Do your best and lets God do the rest" 

Saya mencoba melalukan kontemplasi diri dalam upaya menakar sejauh mana derajat tawakal saya kepada Tuhan. Setiap malam sebelum tidur kami membiasakan diri berdoa "ya Tuhan, kami serahkan semua usaha dan kerja keras kami sepanjang hari ini kedalam tanganMu. Kami mohon kabulkanlah permohonan kami. Dan sebagai penutup kami sampaikan :Bukan maunya saya yang terjadi, tapi KehendakMu  yang terjadi"  Dan setelah itu kami tidur.. Apakah ini termasuk yang dinamakan "tawakal", saya masih dalam pencarian melalui perenungan diri

Tapi sejujurnya dalam hati kecil, perjalanan untuk mencapai kadar tawakal yang memadai bagi diri saya pribadi masih jauh panggang dari api Tidak jarang setelah berdoa:"Ya Tuhan segala upaya yang dapat dilakukan,sudah saya lakukan dan selanjutnya kuserahkan kedalam TanganMu" Tapi walaupun sudah berdoa demikian,perasaan cemas tentang ini dan itu,masih saja berlangsung . Hal ini membuktikan bahwa penyerahan diri saya kepada Tuhan,masih setengah hati.

Karena itu ,saya menilai kadar tawakal saya masih berada ditingkat paling rendah . Saya perlu belajar lebih banyak,untuk memahami arti dan makna berserah diri seutuhnya kepada Tuhan.

Hanya sebuah renungan diri menjelang tidur 

Tjiptadinata Effendi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline