Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Turun ke Jalan Miliki "Power" Turunkan Pejabat, Bukan Pengusaha

Diperbarui: 1 Mei 2021   18:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

 

Apakah Demo Sudah Dibakukan Sebagai Tradisi Memperingati Hari Buruh?

Menurut  sejarah ,demo yang pertama kali  dilakukan  adalah 135 tahun lalu, tepatnya tanggal 1 Mei 1886 di negara yang bernama Amerika Serikat. Lebih dari 400.000 orang buruh  melakukan aksi ujuk rasa, untuk menuntut pengurangan jam kerja. Karena pada waktu itu, buruh bekerja dari 15 jam,hingga 20 jam sehari.Hal ini diperkirakan karena  masih terbawa kebiasaan yang terjadi dizaman perbudakan tempo dulu. 

Betapa sengsara nasib kaum buruh dimasa itu,karena hanya punya waktu 4 jam untuk istirahat dan berada di tengah keluarga mereka .Ini tuntuan ini adalah mengubah jam kerja menjadi 8 jam sehari. Dan demontrasi pada masa tersebut tidak selesai dalam sehari,tapi terus berlanjut dan mencapai titik klimaks pada tanggal 4 Mei 1886. Bentrokan antara kaum buruh dan polisi tidak bisa dielakan lagi.  Ratusan buruh tewas di tempat dan para pemimpin demo ditangkap dan dijatuhi hukuman mati! Hari tersebut dikenal sebagai :"May Day" . Istilah ini hingga kini masih digunakan bila penerbangan atau pelayaran internasional berada dalam kondisi marahabahya.  (sumber bacaan:https://english.jagran.com/lifestyle/international-labour)

dokumentasi pribadi

Pengusaha bukan Pejabat

Yang namanya Pengusaha, sudah jelas tidak akan mau bekerja kalau harus merugi terus menerus. Menekan pengusaha lewat jalur demo dan unjuk rasa berkali kali,,menyebabkan banyak pengusaha hengkang dan beralih ke negeri lain,misalnya ke Tiongkok. Kita bisa saja berargumentasi bahwa hal itu hanya hoax, tapi kalau mau nasib buruh diperbaiki dan perusaahan tetap bisa berkerja. Perlu ada jalan yang lebih efektif dan transparan.

dokumentasi pribadi

Turun dijalan hanya memilki power untuk menurunkan pejabat tapi sangat tidak efektif untuk menekan pengusaha. Maka jalan terbaik adalah dengan duduk bersama dalam : ”KTT Buruh” seluruh Indonesia, untuk menelorkan aturan yang menjadi win win solution,antara buruh dan Pengusaha Sehingga dengan demikian, peluang bagi sekelompok orang, untuk memanfaatkan kekuatan kaum buruh untuk mendongkrak popularitas diri, dapat diminimalkan. Disamping itu cara cara dan segala upaya dari sekelompok orang untuk mempertentangkan buruh dan Pengusaha, menjadi tidak memiliki kekuatan apapun lagi.

Bukan Untuk Membungkam Kaum Buruh

Sejarah menjadi saksi,bahwa demo pada hari buruh,tak lebih bagaikan Fire works saat merayakan tahun baru. Melesat tinggi dan orang terkagum kagum,tapi hanya selang sesaat,semuanya akan gelap dan kembali kepada kehidupan semula. Tidak ada yang berubah dengan demo,tapi mengapa harus terus dilanjutkan ?

Bukan untuk membungkam kaum buruh ataupun membelenggu hak hak buruh, tapi justru untuk menempatkan kaum buruh sebagai partner kerja bagi Pengusaha, Karena sehebat apapun pengusaha,mustahil dapat menjalankan usahanya tanpa bantuan kaum buruh. Tapi perlu dicarikan solusinya dengan menghasilkan win win solution,yakni pengusaha bisa bekerja dengan tenang dan kaum buruh bekerja dengan semangat,karena penghasilannya cukup memadai untuk biaya hidup. Karena itu selain dari pihak pengusaha dan kaum buruh,dibutuhkan  jugakehadiran Pihak Pemerintah,yang mengawasi ,agar kesepakatan antara Kaum Buruh dan Pengusaha,benar benar diterapkan dengan benar,dengan diiringi sanksi yang berat,bagi kedua belah pihak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline