Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Keuangan Keluarga Sebaiknya Dipegang Istri atau Suami?

Diperbarui: 5 April 2021   18:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: dreamstime.com

Masalah Uang Bisa Menjadi Masalah Serius Dalam Rumah Tangga

Membicarakan tentang mana yang lebih baik, keuangan keluarga dipegang oleh isteri atau suami, hampir dipastkan akan menjadi sebuah diskusi tanpa akhir. Kalau suami yang memegang urusan keuangan keluarga,maka setiap kali butuh sesuatu keperluan rumah tangga ,karena isteri tidak memegang keuangan sendiri,maka harus menunggu suami pulang kerja.

Kalau suami bekerja hanya sebagai karyawan biasa,maka menunggu suami pulang kerja juga belum tentu akan menyelesaikan urusan,karena boleh jadi suami pulang dengan uang recehan yang tersisa dikantong celana .Mau main gesek gesek kartu kredit? Ternyata sudah "overlimit" ,maka dengan perasaan apaboleh buat,menunggu suami gajian atau menambah bon pinjaman  di kantor

Tapi kalau memang posisi suami menempati posisi yang nyaman,tentu saja tidak masalah. Malahan suami yang baik hati,akan menyerahkan Kartu Kredit untuk digesek gesek oleh isteri dan kelak ia yang akan melunaskan tagihan. Kalau dapat suami yang kayak ginian,ya bersyukurlah .Enak banget,hobi shopping dapat dituntaskan anytime and anywhere. 

Kembali Kejudul

Nah,seperti yang sudah pernah saya sampaikan,jangan kepo dan sibuk merecoki urusan orang lain,lebih baik urus diri sendiri. Karena itu saya tidak mau menceritakan si Anu atau si Ana,begini begitu. Yang saya tulis adalah pengalaman pribadi. Bagi yang sudah bosan membaca tulisan yang itu ke itu juga,ya mohon dilewatkan saja tulisan ini ,tanpa perlu mengklik "basi"

Pada awal mulai "naik daun" dikantong saya selalu sarat dengan uang tunai. Keuangan perusahaan dipegang sepenuhnya oleh isteri ,sedangkan keuangan keluarga saya yang pegang. 

Karena nasib sudah berubah total,maka impian saya menjadi Sinterklas,saya tuntaskan. Siapapun yang datang minta tolong,pasti tidak akan pulang dengan tangan kosong. Malahan,ada yang neneknya meninggal hingga 3 kali dan isterinya ,melahirkan setahun 3 kali.Tapi karena uang lagi banyak,maka saya tidak peduli. Isteri saya hanya bisa geleng geleng kepala menyaksikan suami jadi Sinterklas mabuk

Tapi ketika perusahaan mengalami kemerosotan, gaya Sinterklas saya tidak berubah. Maka suatu malam isteri saya berbicara dari hati kehati,bagaimana  bila keuangan keluarga, isteri saya yang pegang . Setelah saya renungkan ,benar juga.kata isteri saja. Karena saya tidak mampu menghentikan gaya Sinterklas,maka akhirnya keuangan perusahaan dan keuangan keluarga dipegang oleh isteri saya.

Saya lega. Karena setiap kali ada yang datang dan bilang mertuanya mau melahirkan atau neneknya meninggal lagi hingga keempat kalinya,saya cukup mengatakan :"Silakan bicara dengan isteri saya" Eee ternyata tidak ada yang berani.

Sejak saat itu,walaupun tidak ada tanda tangan serah terima jabatan ,melainkan dari hati ke hati saja Hingga saat ini, saya sudah terbiasa tidak punya uang dalam kantong,kecuali  Kartu Debit saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline