Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Satu Orang Kena TBC, Tiga Turunan Harus Menanggung

Diperbarui: 25 Maret 2021   19:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Ini Cerita Tempo Dulu

Saya masih ingat dengan jelas ,di kampung halaman saya di kota Padang,bila kakek atau neneknya pernah terkena TBC,maka bukan hanya kakek atau nenek saja yang harus menderita,tapi seluruh anggota keluarga. 

Walaupun kelak kakek atau nenek sudah sembuh,namun stigma bahwa penyakit Tbc adalah merupakan kutukan,tidak serta merta hilang. Yang paling merasakan akibatnya adalah anak anak perempuan. 

Karena setiap kali akan dijodohkan,maka pertanyaan pertama adalah :"Anak siapa?" Begitu disebut nama kedua orang tuanya,maka akan langsung mendapatkan reaksi" Oh,cucu si Anu ,yang Tbc itu ya? Ya,nggak usahlah. kita lanjutkan lagi,karena kami tidak mau nanti keturunan kami akan mengalami hal yang sama.

Hal ini bukan hanya merupakan berita hoaks dalam kalangan masyarakat,tetapi sungguh merupakan sebuah kenyataan. Kota Padang kecil,sehingga jangankan ada anak yang lahir,anak ayam saja menetas,sekampung akan tahu. 

Kalau kita batuk batuk dan memeriksakan diri ke dokter,pertanyaan pertama adalah :"Apakah ada dalam keluarga yang terkena Tbc?" Karena penyakit ini paling mudah menular dan tentu orang yang paling rentan adalah anggota keluarga yang setiap hari pasti ketemu dan berkomunikasi

dokumentasi pribadi

Ternyata di Australia Tbc Juga Merupakan Penyakit Yang Paling Ditakuti

Saat saya mengalami kecelakaan ,karena terpeleset ditangga pesawat dan mengalami luka dalam dan kemudian mengalami infeksi,maka hasil mediacal check up,saya dinyatakan mengalami gangguan pneumonia ,karena infeksi paru paru. Langsung saya di Karantina selama satu bulan di Rumah Sakit Umum di kota Wollongong.  

Dokter dan perawat yang datang memeriksa saya,mengenakan pakaian yang mirip astronot ,yang saya tidak tahu istilahnya dalam ilmu kedokteran. Didepan kamar ada tulisan besar ,yang menyatakan bahwa saya dikarantina dan dilarang masuk.

Sedih banget rasanya,sendirian dalam kamar di rumah sakit dan tidak boleh ditemani oleh keluarga.. Hanya boleh dibezuk pada jam tertentu dan kemudian harus pulang. Setiap kali harus meninggalkan kamar dimana saya dirawat,mata isteri saya basah oleh air mata. 

Syukurlah akhirnya setelah satu bulan menginap,saya di nyatakan sembuh. Dokter Morentos,Specialist Paru Paru memperlihatkan kepada saya tulisan :"Qarantine " yang ditempelkan di pintu masuk dan kemudian merobeknya didepan saya dan isteri dan dengan gembira mengatakan:"Effendi, now you are free!"  Ternyata saya tidak bukan Tbc,tapi mengalami infeksi paru paru. Rasanya bagaikan dibebaskan dari penjara

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline