Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Meretas Belenggu Diri

Diperbarui: 8 Februari 2021   10:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ket, foto: hidup damai dalam keberagaman bukan dalam slogan, tapi dalam hidup nyata/dokumentasi pribadi

Agar Dapat Bergaul Dengan Siapa Saja

Penghalang terbesar dalam pergaulan adalah belenggu diri,sehingga tidak memiliki kebebasan untuk bergerak. "Belenggu "dimaksud tentu tidak merupakan belenggu secara phisik,melainkan belenggu yang tidak kasat mata,yakni "menempatkan diri terlalu tinggi"

Untuk tidak menyingung siapa siapa,saya ambil contoh diri saya sendiri. Bila saya terpancang pada rasa tinggi hati,maka saya tidak mungkin dapat bergaul secara bebas dengan siapapun. Misalnya:

  • Tjiptadinata Effendi - President of Indonesian Reiki Association
  • Tjiptadinata Effendi - Founder and Chairman and the Owner of Yayasan Waskita Reiki
  • Tjiptadinata Effendi - The Author of National Best Seller Books version Gramedia Group
  • Tjiptadinata Effendi - The only one Maestro in Kompasiana Group  

ket.foto: segala perbedaan bukanlah alasan untuk tidak saling bersahabat/dokumentasi pribadi

Dan seterusnya dan seterusnya

Bila ini yang ada dalam pikiran saya,maka secara tanpa sadar saya sudah membangun dinding penjara bagi diri sendiri. Dan walaupun bukan dalam keartian "penjara" secara phisik,tapi secara nyata dan akual,pemikiran semacam ini membelenggu diri saya,sehingga tidak lagi bebas bergaul dengan orang lain. Merasa bahwa orang lain,"tidak selevel" dengan diri kita,menyebabkan lahirnya kesombongan diri.

ket.foto: kami diterima bukan hanya dengan tangan terbuka, tapi juga dengan hati terbuka,diseluruh nusantara./dokpri

Maka cara satu satunya,adalah meretas semua belenggu diri dan menempatkan diri kita sebagai orang bebas dalam pergaulan. Kita mungkin merupakan orang nomor satu dalam komunitas kita,tapi dikomunitas lain,kita bukan siapa siapa. Inilah kesadaran diri yang patut menjadi pedoman dalam menjalani hidup ini

Sehingga melalui diri kita,membuktikan bahwa perbedaan bukanlah sebuah kutukan,tapi justru menjadi berkah bagi kita semua untuk saling mengingatkan dan saling melengkapi. Kita harus mampu menjadikan diri kita sebagai:"Slogan hidup" yang menjadi contoh nyata bagi orang banyak'

Hanya sebuah renungan di siang ini.Salam persahabatan dan persaudaraan.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline