Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Inilah Wajah Saya bersama Sinterklas

Diperbarui: 1 Desember 2020   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ket.foto: bersama sahabat saya yang jadi Sinterklas/dokpri

Menjadi Sinterklas Sungguh Merupakan Kebahagiaan Tersendiri

Tidak seperti biasanya, menjelang Natal seluruh mall dan toko toko sudah sibuk menawarkan aneka ragami kostum Sinterklas bagi anak anak. Selama ini dua minggu sebelum bulan Desember tiba, seluruh mall dan toko toko sudah sarat menjajakan aneka ragam atribut Sinterklas. Dan tentunya acara foto bersama dengan Sinterklas sudah menjadi tradisi di Australia. Tapi hingga hari ini hanya tampak beberapa toko topi khas Sinterklas, tapi sama sekali jauh dari keceriaan .

ket,foto: senang banget rasanya bisa menjadi Sinterklas/dokpri

Sewaktu Anak Anak Saya Sangat Kecewa Dengan Sinterklas

Sewaktu masih anak anak, saat ada pembagian hadiah dari Sinterklas tentu saja sebagai anak anak yang baru berusia 9 tahun saya juga berharap nama saya akan dipanggil.

Tapi hingga acara usai, nama saya tidak dipanggil dan hanya kebagian satu dua bungkus permen kecil. Pada waktu itu saya sama sekali tidak tahu bahwa hadiah tersebut sesungguhnya bukan dari Sinterklastapi titipan dari para orang tua untuk anaknya dengan pesan "Rajin rajin belajar"

dokpri

Karena ketidaktahuan ini, setiap tahun saya berharap nama saya akan dipanggil tapi setiap tahun saya harus menelan rasa kecewa. Sehingga timbul rasa marah dalam hati saya sebagai anak anak dan  berpikir "Sinterklas hanya datang untuk anak orang kaya".

Baru setelah saya masuk ke SMP saya tahu bahwa semua hadiah adalah dari para orang tua murid. Dan karena ayah saya hanya seeorang Kusir Bendi, maka jangankan beli hadiah, untuk makan sehari hari saja sudah susah.

dokpri

Ketika Nasib Kami Berubah, Saya Menjadi Sinterklas Selama Bertahun tahun

Selama tinggal di Wisma indah I di Padang, setiap tahun saya menjadi Sinterklas. Membagi bagi angpau kepada semua anak anak tetangga tanpa membedakan mereka itu anak siapa. Setiap tahun kami merayakan 3 kali hari raya, yakni Natal, Imlek, dan Idul Fitri. 

Setiap tahun isteri saya ke bank untuk menukarkan 2 juta rupiah dengan uang kertas baru untuk dibagi bagikan.  Melihat wajah anak anak penuh keceriaan sungguh menghadirkan rasa suka cita yang luar biasa dalam hati kami berdua. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline