Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Temukan Ide Menulis dalam Hitungan Detik

Diperbarui: 26 September 2020   07:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pexels.com

Dari Apa yang Terlintas di Mata ataupun Terlintas dalam Pikiran

Ada peribahasa kuno berbunyi,

"mengharapkan burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan" 

Yang dapat dimaknai karena mengharapkan sesuatu yang tidak jelas, malahan mengabaikan yang sudah ada di depan mata. Walaupun mungkin tidak tepat seratus persen, tapi filofosi ini dapat dijadikan kilas balik dalam menemukan ide menulis.

Menemukan ide menulis ,sesungguhnya sangat mudah,tapi kita sendiri yang mempersulitnya,karena mengharapkan ada ide cemerlang yang mungkin begitu ditayang,terus masuk ke kategori Headline. Nah,karena itu entah sudah berapa banyak ide yang singgah dikepala,kita buang lagi,karena ingin menemukan ide yang brilliant. Akibatnya duduk selama satu jam ,tapi tidak berbuat apapun . Kita buang waktu secara sia sia. Padahal dalam waktu satu jam itu,satu artikel sudah bisa ditayangkan. 

Temukan Ide dari apa yang tampak

Lagi duduk di depan laptop sambil mereguk secangkir kopi, maka ide pertama sudah muncul. Yakni tentang bersyukur. Ada jutaan orang di Indonesia yang pagi hari jangankan bisa  duduk sambil ngopi, malahan begitu bangun sudah harus terburu buru berangkat ke tempat pekerjaan dan tidak punya waktu untuk duduk di depan laptop. Karena jangankan beli laptop, untuk makan saja sudah susah. Maka  bagi yang piawai dalam menulis puisi, sudah dapat melahirkan sebuah puisi "Bersyukur".

Dan bagi orang tipe seperti saya yang tidak piawai dalam hal menulis puisi, dapat menuangkan dalam tulisan, "Menyukuri apa yang ada, jauh lebih baik ketimbang mengeluh untuk sesuatu yang belum dimiliki".

Melihat semut melintas didepan mata

Sedang asyik menikmati secangkir kopi hangat, tampak seekor semut yang sedang berusaha menyeret sebutir nasi yang tercecer. Maka hal ini langsung dapat melahirkan sebuah tulisan, "Belajar hidup berbagi dari seekor semut". Karena belum pernah menyaksikan semut mendapatkan sebutir nasi, terus menikmatinya sendiri secara diam-diam. Selalu ia akan berusaha menyeret makanan tersebut untuk dibawa kesarangnya dan dimakan bersama-sama.

Atau menyaksikan sinar mentari pagi menyeruak di sela gorden jendela, maka lahirlah tulisan yang berjudul "Belajar memberi dari mentari, yang tidak pernah berharap balasan". Jangan pernah menghitung apa yang sudah pernah kita berikan kepada orang lain, tapi jangan pernah melupakan sepotong ubi rebus yang diberikan kepada kita oleh seseorang

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline