Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Didera Kepahitan Hidup Menjadikan Saya Tahu Diri

Diperbarui: 15 Agustus 2020   08:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ket.foto: buku ini sudah tidak lagi dicetak ulang sejak 10 tahun lalu, jadi bukan promosi terselubung hanya sebagai sebuah ilustrasi semata /dokpri

Hidup Adalah Sebuah Pilihan

Mengulangi kisah kisah lama memiliki double effect, yakni bisa jadi kedengarannya seperti memutar lagu dari kaset yang sudah rusak sehingga menggangu orang yang mendengarnya, tapi bisa juga merupakan sebuah "warning" yang dibutuhkan.

Contoh aktual setiap kali kita menumpang pesawat terbang dari maskapai penerbangan manapun di dunia, pasti akan mengulangi lagu lama yakni kira kira berbunyi seperti ini “Apabila tekanan udara di kabin berkurang secara tiba-tiba, masker oksigen akan keluar. Tarik masker oksigen ke arah Anda, pasang menutupi mulut dan hidung, kaitkan karet di kepala, dan bernafaslah seperti biasa. Penumpang yang membawa anak-anak harus mengenakan masker terlebih dahulu, sebelum mengenakan masker kepada anak Anda" 

Dengan  contoh aktual ini ,kiranya menjadi jelas bagi kita,bahwa tidak semua lagu lama itu kuno dan membosankan,terpulang pada sikap mental kita masing masing. Boleh jadi setiap kali mendengarkan pengumuman ini dari si mbak Pramugari ,ada yang mengomel dalam hati "Lho, saya sudah tahu. kok diulang terus, membosankan ah" 

Kembali ke Judul 

Nah, begitu juga bila membaca atau mendengarkan kisah hidup orang lain, maka tentu saja setiap orang berhak memiliki sudut pandang masing masing, Ada yang mungkin menggerutu "Ah,membosankan, cerita dari itu ke itu juga". tapi pasti ada yang dapat memetik hikmahnya. 

Setiap kejadian pasti akan menyebabkan timbulnya reaksi, Begitu juga bilamana dalam menjalani kehidupan, menghadapi berbagai penderitaan dapat menyebabkan orang :

  1. putus asa dan mengakhiri hidup
  2. menjadikan penderitaan sebagai cambuk diri

Dan saya pernah berada dipersimpangan jalan hidup,yang memaksa saya untuk memilih salah satu diantaranya. Menyaksikan putra kami yang baru satu orang, kurus pucat dan pandangan matanya sayu karena sering kejang. 

Istri tercinta hanya tersisa kurang dari 40 kg. bobot tubuhnya dan diri saya sendiri setiap kali batuk,mengeluaarkan darah. Sudah tidak ada lagi yang mau dijual. Bahkan jas yang dipakai pada hari pernikahan sudah lama beralih ke tukang loak. cincin kawin juga sudah dijual. Mau menggadaikan kepala, tidak ada yang mau. 

Mau minta tolong kepada siapa? Berdoa siang malam dengan air mata tergenang dan hati yang terluka,tapi nasib tetap tak bergeming.  Mau bunuh diri? Kasihan anak istri tidak ada yang menjaga. Kondisi seperti ini tujuh tahun lamanya ,kami jalani. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline