Sebuah Pertanyaan Usang
Seperti yang sudah pernah saya tuliskan bahwa dalam perjalanan hidup ini, semua utang utang saya sudah saya lunasi. Baik terhadap orang lain, mauupun terhadap keluarga sendiri. Bahkan demi untuk memutus rantai utang ini, saya dan istri memastikan tidak menerima warisan dari kedua belah orang tua kami.
Baik dari orang tua saya maupun orang tua istri. Dan dengan penuh kepercayaan diri, saya berani menuliskan bahwa sejak pensiun kami sudah terbebas dari segala utang utang kami dan dengan ikhlas membebaskan siapapun yang pernah meminjam uang kepada kami dan lupa mengembalikannya.
Setelah nasib kami berubah, maka saya mencoba menelusuri siapa saja yang telah membantu kami dimasa masa sulit,termasuk menyelamatkan saya ketika jatuh terkapar di jalan raya ,selama beberapa kali terjadi kecelakaan.
Bahkan demi untuk berusaha membalas budi baik orang, saya mengemudikan kendaran dari Padang ke Medan .Mencoba menelusuri kembali tempat kerja kami di PT PIkani yang lokasinya sekitar 34 kilometer dari Medan,yang termasuk di daerah Petumbak,Deli Serdang.
Setiap kali bertemu dengan orang yang sudah menyelamatkan hidup saya, maka dengan segala kemampuan saya mencoba memberikan apa saja yang mungkin saya lakukan.
Utang Budi Tak Akan Pernah Pupus
Usai melakukan napak tilas dan membuktikan bahwa diri saya bukanlah orang yang tidak tahu membalas budi,termasuk kepada tante kami sendiri yang telah memberikan kami tumpangan selama tinggal di Medan, tapi dalam hati saya tetap saja merasakan bahwa utang budi ,tidak mungkin saya lunasi.walaupun saya mengunjungi orang yang telah menolong kami hingga keluar negeri.
Setiap kali saya berdoa,nama orang orang yang telah menyelamatkan hidup kami,selalu saya sebutkan Sungguh seperti kata pribahasa :" Hutang emas dapat dibayar .........."
Sebuah renungan kecil di siang hari
Tjiptadinata Effendi