Hidup Penuh dengan Penilaian
Biasanya setiap kali kita mendengarkan kata "memberi nilai" maka pikiran kita langsung ter-connecting dengan tugas dari seorang guru, dosen, ataupun juri dalam sebuah kompetisi. Kalau guru atau dosen memberikan penilaian "lulus " atau " tidak lulus" maka langsung akan menimbulkan akibat bagi yang namanya disebut .
Dalam hal penjurian, dalam kompetisi apapun, maka keputusan juri dalam memberikan nilai biasanya selalu diikuti dengan catatan "Keputusan juri sudah final dan tidak dapat diganggu gugat."
Menjadi Hobi yang Bersifat Adiktif
Tapi sejak di era terkini, yang disebut sebagai Era mileneal atau era digital, suka-suka kita menamakannya, memberi nilai sudah bukan lagi didominasi oleh guru, dosen, dan juri, tapi sudah bermetamoforsa menjadi hobi bagi banyak orang. Dan bukan sekedar hobi, tapi sudah menjelma menjadi hobi yang adiktif. Salah satu hobi yang memabukkan di era terkini adalah memberikan penilaian. Antara lain:
- tentang urusan rumah tangga orang yang tidak beres
- tentang orang tua yang tidak bijak mendidik anak
- tentang rumah orang yang brantakan
- tentang orang yang dibilang suka pamer diri
- tentang tulisan orang lain yang dianggap sudah kuno
- tentang orang yang tidak taat beragam
- dan seterusnya dan seterusnya
Menghabiskan Waktu untuk Orang Lain
Saya pernah berkunjung ke rumah salah seorang teman yang terkenal sangat sering memberikan penilaian terhadap orang lain. Tentu tidak etis saya sebutkan namanya.Pada awalnya saya mengira akan menemukan sebuah rumah yang apik dan rapi, serta rumah tangga yang harmonis. Tetapi ketika kami tiba di rumah teman tersebut, kami temukan kondisi yang bertolak belakang dengan apa yang kami bayangkan sebelumnya. Baik kondisi rumah secara fisik, maupun rumah tangga yang harmonis, seperti yang kami bayangkan sebelumnya.
Hal ini menjadi pelajaran sangat berharga bahwa ternyata orang yang sangat piawai dalam memberikan penilaian terhadap diri orang lain, kenyataannya tidak sempat lagi mengurus rumah tangga sendiri
Jangan Menilai Sebuah Buku Hanya dengan Membaca Judulnya
Saya yakin kita semua pasti sudah pernah mendengarkan kalimat ini, "Don't judge the book by it's cover". Kita semua sudah hafal akan kalimat ini, bahkan sudah tahu persis maknanya apa, tapi sayang sekali banyak orang yang tidak mampu mengaplikasikan dalam hidupnya. Senang banget bisa menilai orang lain, hanya dengan sepintas menengok foto yang terposting, seakan akan memiliki kemampuan tembus pandang terhadap apa yang terjadi sesungguhnya.
Nah, ketimbang menghabiskan waktu untuk menilai urusan orang lain, bukankah lebih baik manfaatkan waktu untuk melakukan penilaian terhadap diri dan keluarga sendiri? Karena boleh jadi, kondisi kita, tidak lebih baik dibandingkan dari orang lain?