Guru Gamang Hadapi Situasi Baru
Kebijakan yang tidak sejalan antara Pemerintah pusat dan pemerintah daerah,ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia,tapi juga terjadi di Australia. Kita sudah menyaksikan atau membaca beragam berita tentang kebingungan warga menghadapi ketidak sejalannya pernyataan dari pemerintah pusat dan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah.Kalau di Indonesia masyarakat dibuat gagap dan gamang ,dalam hal pulang kampung atau pulang mudik,tapi di Australia justru mengenai buka tutup rumah sekolah
Gonjang Ganjing Buka Tutup Sekolah
Seperti yang sudah ditulis diatas,kebijakan yang datang dari Pemerintah Federal Australia ,ternyata tidak sama di tiap negara bagian. Kalau mengenai besarnya denda bagi yang melanggar aturan lockdown,yakni di Western Australia 1000 dollar sedangkan di New South Wales dan di Victoria denda jauh lebih besar,yakni 1.600 dolar.tidak menjadi halangan,karena menyangkut urusan pribadi yang melanggar aturan.Tetapi ketika menyangkut masalah buka tutup sekolah yang akan melibatkan banyak murid murid,maka timbulah kegamangan bagi para guru
Pemerintah Australia yang berpusat di Canberra menerapkan kebijakan secara nasional,tetapi dalam mengaplikasikannya,masing masing negara bagian bisa mengambil keputusan sendiri sendiri.
Sebagai contoh, ketika Pemerintah Federal menerapkan pembatasan pergerakan orang, sekolah-sekolah di Australia diliburkan karena bersamaan dengan liburan Paskah yang berlangsung selama dua minggu.Tetapi ternyata , negara bagian juga memiliki jadwal liburan Paskah yang berbeda dan mengeluarkan keputusan yang berbeda kapan dan bagaimana sekolah akan menyelenggarakan kegiatan belajar.
Reaksi Beberapa Orang Guru Asal Indonesia
Ada beberapa orang guru yang berasal dari Indonesia yang sekarang mengajar bahasa Indonesia di Australia. Misalnya
Rina Prestiana adalah guru asal Indonesia yang sekarang mengajar bahasa Indonesia sejak tahun 2019 , untuk kelas 7,8,9 di Marist College di Bendigo, yang letaknya sekitar 153 km dari Melbourne.Begitu juga dengan Christin Anggrahini di Sydney menjadi guru bahasa Indonesia di NSW School of Languages. Yang secara umum,mengatakan bahwa mereka tidak dapat secara sepenuhnya memberikan pelajaran secara online.Akan tetapi mengingat bahwa Australia belum sepenuhnya terbebas dari corona virus,ada kekuatiran bila sekitar 30 orang murid kembali berkumpul dalam satu kelas
Di New South Wales dan Negara Bagian Queensland, merencanakan akan mulai menghadirkan murid ke sekolah satu hari dalam seminggu, mulai 11 Mei Pemerintah negara bagian Queensland akan mengkaji lagi situasinya pada tanggal 15 Mei dan bila semua berjalan sesuai rencana, maka seluruh murid akan kembali ke kelas di akhir bulan yang berarti sekolah akan dibuka kembali secara resmi .Setiap negara ,pasti memiliki kisah tersendiri ,yang membuktikan bahwa walaupun pandemi sudah mereda,tapi untuk memulihkan kembali tatanan kehidupan yang sudah porak poranda dalam segala hal,membutuhkan waktu yang panjang