Sebagai Seorang Penulis
Setiap Penulis atau Calon Penulis,tentu memiliki impian yang ingin dicapainya dalam menekuni hobi membaca dan menulis. Ada yang bercita cita bukunya suatu waktu kelak akan masuk dalam kategori Best Seller dan mungkin juga ada yang ingin suatu waktu kelak menjadi Best Writer. Mengutip kalimat yang diucapkan oleh Bung Karno, "Gantungkanlah cita-citamu setinggi bintang-bintang di langit." Nah, apa takarannya bahwa sebuah impian dapat dianggap sudah memenuhi kriteria, "setinggi bintang di langit' tentu terpulang kepada diri setiap orang.
Bagi saya pribadi, sewaktu saya baru mulai menulis di usia yang sudah tidak mudah lagi yakni tahun 2000 ketika usia saya sudah menginjak angka 57 tahun, impian saya adalah suatu waktu buku karya tulis saya akan masuk di kategori Best Seller.
Sebagai Penulis awal, saya banyak membaca, beragam cara dan jalan yang harus ditempuh, agar buku karya tulis kita dapat diorbitkan menjadi buku Best Seller, antara lain memborong buku karya tulis sendiri. Tapi saran ini saya tolak mentah mentah karena bukan merupakan bagian dari impian saya. Saya cenderung percaya akan kalimat, "Biarkan tulisan menemukan takdirnya sendiri," (Pramoedya Ananta Toer).
Ternyata Impian Jadi Nyata
Karena saya sudah pernah menuliskan tentang pernak pernik upaya saya agar dapat menembus ke Penerbit Mayor seperti PT Elek Media Komputindo di Jakarta, maka tentu tak elok bila saya berpanjang lebar menulis ulang kembali. Karena akan terkesan seakan pamer diri. Padahal tujuan artikel ini ditulis,adalah untuk memotivasi para Penulis dan Calon Penulis bahwa usia sama sekali bukan masalah dalam dunia tulis menulis. Dan tak kurang pentingnya adalah menliskan ide ide yang original dan jangan pernah menjiplak tulisan orang lain serta mengakui sebagai karya tulis sendiri.
Bagi saya, sungguh tidak muda untuk menghasilkan karya tulis dalam bentuk buku,apalagi untuk pertama kali langsung ke Penerbitan Mayor. Namun karena latar belakang tulisan saya adalah pengalaman pribadi bersama isteri ke Tibet untuk mempelajari tehnik penyembuhan diri secara alami,maka dalam waktu singkat sebuah naskah buku sudah saya siapkan dan langsung diserahkan ke Penerbit PT Elek Media Komputindo di Palmerah Jakarta.
Setelah Beberapa Judul Buku Saya Diterbitkan
Suatu waktu, ada telpon dari Bu Chandra, Editor dari PT Elek Media Komputindo, "Selamat ya pak Effendi. Buku bukunya masuk National Best Seller. Karena rata rata dicetak ulang beberapa kali dan bahkan buku perdana dicetak ulang 15 kali. Silakan di baca di Koran Kompas hari ini. Cukup besar dimuat pak Effendi.Sekali lagi selamat ya," kata bu Chandra mengakhiri percakapan kami yang tak akan pernah saya lupakan seumur hidup. Maka bergegaslah saya mencari Koran Kompas. Dengan setegah berteriak saya sampaikan kepada istri saya berita gembira ini, sambil menunjukan Koran Kompas,dimana ada nama saya ditulis di sana. Dan isteri saya memeluk saya dengan terharu. Kami berdua langsung bersujud syukur.
Seluruh royalty dari 9 judul selama lebih kurang 6 tahun, saya tabungkan dan tidak pernah saya sentuh. Ketika nilai nominal dari royalty yang diterima dari Elek Media Komputindo berjumlah lebih dari 200 juta rupiah, maka saya manfaatkan untuk mengajak istri tercinta jalan-jalan keliling Eropa, Amerika Serikat, dan Canada.
Tulisan ini jauh dari maksud pamer pencapaian, melainkan semata mata ingin memotivasi orang banyak bahwa beranilah untuk bermimpi kerja keras dan jangan pernah putus asa. Yakinlah bahwa suatu waktu impian akan jadi nyata dan saya sudah membuktikannya.