Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Mempromosikan Batik, Cukupkah Hanya Sekali Setahun?

Diperbarui: 2 Oktober 2019   18:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ket.foto: memakai batik dalam pertemuan komunitas Indonesia di Wollongong/dokumentasi pribadi

Dengan Memakai Batik dalam Acara Seremonial?
Pemilihan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober berdasarkan keputusan UNESCO yaitu Badan PBB yang membidangi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan, yang secara resmi mengakui batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia. 

UNESCO memasukkan batik dalam Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia. Pengakuan terhadap batik merupakan pengakuan internasional terhadap budaya Indonesia (wikipedia.org)

di italia pakai batik/dokpri

Seperti kata peribahasa: "Bila ingin mengubah dunia,maka mulailah terlebih dulu dengan diri sendiri."

Begitu juga, bila sebagai salah seorang warga Indonesia, bila kita ingin ikut berperan serta menghargai dan mensosialisasikan batik, maka cara paling efektif adalah dengan memakai batik dalam setiap kesempatan yang ada. Karena tentu tidak di semua kegiatan kita serasi mengenakan pakaian batik. Misalnya ketika berolahraga, tentu saja mengenakan pakaian olahraga. Akan tetapi dalam menghadiri undangan, baik undangan yang bersifat formal maupun undangan dari sahabat atau kerabat, mengapa kita tidak memakai batik?

ket. foto: hadiri undangan makan siang di istana, juga pakai batik/dok. isjet

Hadiah bagi Teman-teman Kami di Australia Hanya Satu jenis, Yakni "Batik"
Setiap kali pulang ke Indonesia, maka satu hal yang tidak pernah lupa kami kunjungi adalah Tanah Abang. 

Untuk memborong Batik aneka ukuran dan warna. Apakah untuk dijual di Australia? Bukan, tapi kami berikan sebagai oleh-oleh dari Indonesia. 

Batik yang dibeli di Tanah Abang dengan harga sekitar 100 ribu rupiah perlembar, bagi orang Australia merupakan hadiah yang luar biasa. Karena harga batik di sini paling murah 50 dollar.

ke panti asuhan pakai batik/dokpri

Secara pribadi, 90 persen dari jumlah pakaian saya adalah Batik. Yang bukan batik, bukan saya beli tapi dikasih oleh anak cucu dan teman teman.

Saya memakai batik sejak hidup kami berubah, yakni sekitar 40 tahun lalu dan terus memakai batik hingga saat ini. Baik dalam menghadiri pertemuan dengan komunitas sesama orang Indonesia maupun pertemuan dengan warga lokal. Hanya pada musim dingin batik yang saya pakai terpaksa ditutupi dengan jaket, karena pakaian terlalu tipis untuk menahan dinginnya udara di luar.

dokumentasi: kiriman thamrin sonatha

Saya Tidak Pernah Menulis tentang Batik. Tapi Saya Memakai Batik Hampir Setiap Hari
Sejujurnya, saya sama sekali tidak paham seluk beluk batik karena itu tidak pede untuk menulis hal-hal yang sehubungan dengan batik.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline