Gambaran Masa Kecil Yang Tak Pernah Pupus
Orang orang yang memang beruntung terlahir dalam keluarga kaya raya tentu dengan senang hati dan berbangga bisa menceritakan tentang kehidupannya semasa kecil. Dari menampilkan gambar rumah yang dibangun megah, mobil mewah keluarga hingga segala macam kemewahan yang tersedia.
Akan tetapi seandainya kita kurang beruntung karena dilahirkan dalam keluarga miskin dan tinggal di kampung, apakah kita perlu merasa malu sehingga berusaha untuk menutupi masa lalu kehidupan keluarga besar kita? Jawabannya, tentu terpulang kepada pribadi masing masing.
Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat memilih dimana ia akan dilahirkan. Sebagai suku bangsa apa dan dalam keluarga mana? Dan saya termasuk salah satu di antara sekian juta orang yang lahir dalam keluarga miskin pada waktu itu.
Lahir Di Zaman Jepang
Saya beruntung,masih bisa bercerita tentang masa lalu di mana saya dilahirkan karena ada banyak teman-teman seusia saya yang sudah tidak dapat lagi bercerita.
Malam tadi ketika melihat album foto semasa masih di SMA Don Bosco Padang, entah mengapa, mata saya basah mengingat dari wajah-wajah yang tampak di foto teman-teman sekelas di SMA kelas 3. Hanya tersisa beberapa orang saja lagi. Bahkan rencana mau membesuk salah seorang teman sekelas saya Fauzia, ternyata tidak mungkin lagi bisa terjadi karena minggu lalu dapat kabar bahwa teman sekelas saya ini sudah harus kembali menghadap Sang Maha Pencipta.
Kembali ke judul tulisan.
Menurut catatan di akta kelahiran, saya dilahirkan di kota Padang, pada tanggal 21 Mei tahoen 1943, pada jam 2.00 pagi waktu Dai Nippon. Saya merupakan anak ke 8 dari total 11 orang bersaudara.
Kalau kini, KB pengertiannya adalah Keluarga Berencana, tapi tempo doeloe KB adalah Keluarga Besar.
Falsafah yang trending pada masa itu adalah "Banyak anak, banyak rezeki". Karena dipercaya bahwa setiap anak lahir membawa rezeki masing-masing.