Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Beda Cita Rasa Bertetangga di Kampung Halaman dan di Australia

Diperbarui: 23 Agustus 2019   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Enaknya Bertetangga di Kampung Halaman

Kenangan indah yang tak akan pernah sirna dari ingatan saya adalah ketika masih tinggal di daerah Pulau Karam di kota Padang. Antar tetangga akur dan tidak pernah ada yang bertengkar. 

Kalau anak anak berantem maka keduanya dipanggil dan dimarahi oleh orang tua masing masing. Tidak ada yang mau membela anaknya dan menyalahkan anak orang lain. Bahkan kalau anaknya menginjak tanaman tetangga, maka orang tuanya akan membawa anaknya datang untuk minta maaf.

Kami biasa saling pinjam meminjam antar tetangga, tapi bukan urusan pinjam meminjam uang karena sam-sama maklum bahwa kehidupan ekonomi tetangga adalah 11-12 . 

Pinjam meminjam tersebut meliputi pinjam cangkul, minjam golok, dan keperluan membersihkan pekarangan rumah. Bahkan antar tetangga kami tidak segan saling meminta. Minta daun kunyit, minta belimbing, minta jambu. Bahkan untuk hal hal kecil, sesama tetangga sudah mendapatkan hak untuk mengambil sendiri di pekarangan tetangga, tanpa perlu minta minta.

Mengingat kemungkinan tetangga lagi ke pasar atau lagi sibuk memasak. Misalnya ketika ibu saya butuh daun kunyit dan tidak ada di rumah, maka saya kerumah tetangga. Bila tetangga tidak ada dirumah,saya masuk ke pekarangan rumah dan mengambil satu dua lembar. 

Sorenya ketika tetangga pulang, maka saya lapor "Tante, tadi saya ambil 2 lembar daun kunyit terima kasih ya tante" Begitu juga bila tetangga butuh sesuatu dan kami anak anak kesekolah dan ibu lagi sibuk memasak, mereka akan masuk ke pekarangan dan mengambil daun jeruk purut atau mengambil sebatang sereh yang banyak tumbuh di pekarangan rumah kami.

Kalau angin badai dan ada pohon yang tumbang maka tanpa diminta para tetangga akan datang untuk membantu membereskan, tanpa perlu minta tolong. Tapi ini, kisah hidup di kampung halaman saya bukan kisah hidup di Jakarta, dimana orang hidup dengan falsafah :"Urus diri masing masing"

dokpri

Bertetangga di Australia Banyak Aturan, Tapi menyenangkan

Selama lebih dari sepuluh tahun tinggal di Australia kami pernah tinggal di Townsville di Negara Bagian Queensland selama dua tahun. Kemudian pindah ke Wollongong di Negara Bagian New South Wales, selama 5 tahun dan kini tinggal di Burns Beach, salah satu desa di kota Perth. Western Australia.

Beda sungai beda buayanya, beda negara beda aturan dan budayanya. Antara lain:

  • setiap ketemu selalu menyapa: "Hi good morning, how are you today?" Tapi tidak biasa tandang bertandang 
  • tidak ada istilah pinjam meminjam dalam bentuk apapun, baik pinjam cangkul, perkakas lainnya, apalagi pinjam uang
  • Kalau pohon apel atau anggur tetangga berbuah, mereka akan mengantarkan kepada kita, tanpa perlu minta
  • tidak akan pernah ada anak anak yang main di jalanan, mereka bermain di pekarangan rumah masing masing
  • tidak pernah anak anak tetangga yang saling berantem
  • malam hari tidak boleh lagi ada pekerjaan yang berisik
  • tidak ada anjing, ayam dan itik yang berkeliaran di jalan, apalagi sampai  masuk ke pekarangan tetangga
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline