Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Mendengarkan dengan Hati

Diperbarui: 6 Agustus 2019   09:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pinterest

Merupakan Penghargaan Bagi  Lawan Bicara 

Ketika kita sedang berinteraksi dengan seseorang, maka berikanlah penghargaan dengan mendengarkan apa yang dikatakannya dengan hati. 

Dengan cara demikian,maka secara spontan seluruh perhatian kita tertuju kepada lawan bicara kita. Hal yang tampak kecil dan sepele.tapi akan meninggalkan kesan mendalam, yakni merasa dihargai atau sebaliknya lawan bicara kita merasa dirinya diremehkan. 

Banyak orang yang secara gampang mengatakan "Jangan Baper dong". Kalau diterjemahkan kata "baper" berarti bawa perasaan. Nah, bayangkan bila sebagai seorang manusia, kita tidak punya perasaan, apa jadinya dengan diri kita?  Karena kita memiliki perasaan,maka siapapun yang menjadi lawan bicara kita,juga memiliki perasaan. 

Tampil Dalam Bahasa Tubuh

Bila kita mendengarkan dengan sepenuh hati maka secara serta merta,seluruh perhatian kita tertuju pada lawan bicara dan mencoba memahami apa yang sedang dibicarakannya. 

Sebaliknya,bila kita hanya mendengarkan sebagai sebuah basa basi, maka akan tampak dalam bahasa tubuh. Walaupun mulut kita menjawab " Oh begitu ya..Hmm ,.ya ya.." tapi pandangan mata kita terpaut di Ponsel yang ada di tangan  atau melihat ke kiri dan kekanan. Hal yang mungkin dianggap sepele,tapi sudah melukai hati lawan bicara kita.

Mendengarkan dan Berbicara Dengan Hati

Begitu juga ketika tiba giliran kita yang berbicara,maka berbicaralah dengan hati. Lakukan eyes contact dengan lawan bicara. Mungkin kita sudah sangat sering mendengarkan "Speak from your heart", berbicaralah dengan hati, maka orang akan mendengarkan dengan hati. Tapi boleh jadi ,karena berbagai kesibukan ,kita lupa mengaplikasikan dalam kehidupan

Betapapun tingginya posisi kita,alangkah eloknya bila kita mau sedikit berbaik hati,menghargai lawan bicara kita,walaupun mungkin dari sudut sosial ,"tidak selevel "dengan diri kita. 

Jangan lupa, ada wheel of life dalam kehidupan ini Orang yang hari ini berdiri di hadapan kita,boleh jadi hanya seorang Pesuruh di kantor, tapi tidak tertutup kemungkinan,kelak ia bisa jauh lebih sukses daripada diri kita.

Ditulis berdasarkan kehidupan nyata

Burns Beach, Iluka, WA

Sebagai sebuah renungan pagi

Tjiptadinata Effendi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline