Buahan yang Dianggap Elit di Indonesia di Sini Tidak Dilirik Orang
Sewaktu masih tinggal di Jakarta, kalau membesuk orang sakit atau berkunjung kerumah teman, selalu singgah di toko buah untuk membeli buahan impor. Setidaknya buah Apel dan buah Anggur atau buah Pir.
Kalau membawa buahan lokal seperti Alpukat atau buah Pepaya rasanya malu. Karena sewaktu saya sakit, teman-teman yang datang membesuk juga membawa buahan impor. Karena buahan impor dianggap buahan bergengsi.
Tapi sejak tinggal di Australia, saya baru sadar bahwa ternyata buahan yang di negeri kita dianggap buahan bergengsi di sini justru tidak dilihat orang.
Keladi atau Taro,juga bukan buah murahan/dokpri
Misalnya buah Apel yang bertumpuk-tumpuk, tidak ada yang beli walaupun harganya hanya 99 sen atau Rp.10.000 perkilo. Begitu juga buah Anggur harga per kilo 3 dolar bahkan kalau lagi musim satu kardus yang isinya 10 kilo hanya dijual 10 dolar.
Sementara itu buahan yang di negeri kita, buahan yang selama ini tidak dipandang sebelah mata ternyata harganya selangit. Menyaksikan semuanya ini saya baru sadar bahwa selama ini saya kurang menghargai buahan lokal karena sangat mudah didapat dan bisa dibeli dengan harga sangat murah.
Tetapi di sini mau makan buah alpukat seharga Rp 50.000 per buah jadi mikir dulu. Bukan karena pelit tapi rasanya sayang bangeet hanya untuk buah Alpukat harus keluar uang Rp 50.000. Apalagi kalau dibandingkan rasanya dengan buah Alpukat mentega yang di kampung saya hanya 5 ribu rupiah per buah dan jauh lebih besar dan enak.
Buah Labu Siam Rp 100.000 per kilogram
Buah labu Siam kalau di kampung saya merupakan makanan murahan karena dapat dibeli dengan harga 15 ribu rupiah per kilogram. Tapi di sini harganya sekitar Rp 100.000 per kilogram.