Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Berjanji Itu Sangat Mudah, yang Sulit adalah Menepati Janji

Diperbarui: 22 April 2021   14:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berjanji itu sangat mudah. Yang sulit adalah menepatinya (Sumber : andrew petrov via unsplash.com)

Berjanji itu sangat mudah. Yang sulit adalah menepatinya. Karena itu janganlah begitu mudah berjanji, bilamana tidak yakin bisa menepati janji kita. Karena janji adalah hutang,yang harus di lunasi.

Bagi kita janji itu mungkin saja tidak berarti apa apa,tapi jangan lupa, apa yang bagi kita tidak berarti,boleh jadi bagi orang lain sangat dibutuhkan. Mungkin hampir semua orang sudah pernah merasakan, bagaimana menunggu orang yang menjanjikan sesuatu pada kita, tapi kemudian entah alasan apapun, ia lupa akan janjinya. 

Dan ketika bertemu, dengan sangat enteng, sahabat yang berjanji pada kita, sambil tertawa lepas, berkata: "Aduh, maaf ya, saya lupa bahwa kita janji mau ketemu. Maklumlah saya sangat sibuk" Dan kemudian, seakan tidak ada kejadian apa apa, ia berlalu dan meninggalkan diri kita dengan hati yang terluka.

Rasa Sakit dan Kecewa Yang Kita Rasakan,Juga Akan Dirasakan Oleh Orang Lain

Sayangnya banyak orang membiarkan pelajaran hidup yang begitu berharga , berlalu begitu saja. Lupa, bahwa rasa kecewa dan terluka yang pernah dialami,karena ada sahabat yang ingkar janji, juga akan dirasakan oleh orang lain, bilamana justru yang lupa menepati janji adalah diri kita.  

Ilustrasi:https://www.askideas.com

Saya pernah melakukan kesalahan seperti ini. Suatu waktu ketika saya dan istri berkesempatan pulang ke Indonesia, kakak saya satu satunya yang masih tersisa dari total 11 orang bersaudara, menelpon dan mengajak saya dan istri untuk berkunjung ke rumahnya  di Bandung.

Dan secara serta merta saya iyakan. Kemudian karena berbagai kesibukan kesana kemari, saya lupa akan janji untuk menemui kakak saya di Bandung.

Saya baru sadar , ketika malam hari , Dewi putri kakak saya menelpon dan bercerita,bahwa mamanya sudah menyediakan makanan kesukaan saya, yakni lontong kacang dan kue talam udang. Ibu nya sedih karena sejak siang menunggu hingga malam, tapi kami tidak jadi datang, tanpa memberi kabar.

Merasa Amat Bersalah

Saya terdiam mendengarkan tutur kata keponakan saya Dewi dan langsung menelpon kakak saya , untuk minta maaf. Esok harinya subuh, saya sudah mengemudikan kendaraan dari Jakarta menuju ke Bandung, didampingi istri tercinta. Begitu tiba di rumah kakak , kami disambut dengan sangat berbesar hati.

Bahkan kakak ipar saya yang kehilangan dua orang putranya, yakni Ferry Indra dan Herry Indra bersama pesawat MH370 dan tidak ditemukan hingga saat ini, menangis ketika kami salami. Hal ini semakin menyesak rasa sesal di hati saya,karena sudah mengecewakan keluarga kakak saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline