Mengalah Juga Bukan Berarti Karena Bersalah
Banyak orang yang menyangka,bahwa orang mengalah karena takut atau mengalah ,karena bersalah. Padahal ada banyak alasan orang untuk mengalah,antara lain:
- tidak mau ribut
- tidak mau merendahkan martabat diri
- banyak urusan lain yang jauh lebih penting
Ada banyak contoh aktual,yang terjadi di depan mata kita,namun seringkali kita abaikan,karena dianggap bukan urusan kita. Misalnya,ketika parkir di Tanah Abang ,hanya sekitar 15 menit dan ketika saya berikan 10 ribu rupiah, Tukang Parkir menolak dan mengatakan,aturannya Rp.20.000.-- sambil menyodorkan sepotong kertas hasil foto copy, tanpa stempel dan tanpa ada tanda tanda, bahwa tiket tersebut adalah sah diterbitkan oleh instansi terkait.
Sebelum saya sempat bereaksi,istri saya sudah menarik tangan saya dan berbisik: "Kasih sajalah. Cuma uang kecil,untuk apa diributkan" .Maka sebagai suami yang baik,tentu saya taati pinta istri saya dan memberikan Rp.20.000 .-- Tukang Parkir langsung berbalik belakang ,tanpa mengatakan sepatah kata jua.
Bisa jadi ia menertawakan kebodohan saya ataupun menganggap karena saya sudah tua,maka saya jadi nggak punya nyali untuk menghadapinya. Padahal, kalau boleh saya meniru kata kata yang diucapkan oleh Majelis Hakim MK: "Saya hanya takut kepada Tuhan!" Karena saya sudah menjalani badai kehidupan yang jauh lebih menakutkan, ketimbang hanya menghadapi seorang manusia biasa seperti diri saya. Tapi begitulah hidup,dimana suatu ketika kita harus mampu menahan diri, yakni mengalah dan dianggap bodoh atau penakut .
Memetik Pelajaran Hidup
Apa yang terjadi pada diri saya,bukan tidak mungkin juga terjadi pada orang lain. Karena itu,walaupun peristiwa yang saya alami ,hanyalah masalah sepele,karena menyangkut uang Rp.20.000,= tapi saya jadikan pelajaran hidup, ketika saya berhadapan dengan orang yang mengalah terhadap saya.maka saya ingatkan diri saya, bahwa sosok yang berada di hadapan saya, bukannya takut kepada saya,melainkan ia tidak mau terlibat masalah apapun.
Karena pelajaran ilmu hidup itu bersifat timbal balik,yakni apa yang kita rasakan, boleh jadi dirasakan juga oleh orang lain. Kesimpulan,kalau kita mengalah,bukan karena takut, begitu juga ketika berhadapan dengan seseorang yang mengalah terhadap kita dalam menghadapi masalah,bukan berarti ia takut kepada kita, melainkan tidak ingin ribut ,hanya lantaran masalah sepele.
Seandainya, pada waktu saya ditagih Rp.20.000 dan saya tidak mau membayar,karena merasa dibodohi, maka dipastikan akan ada keributan. Dan kalau hal ini terjadi, maka urusan akan jadi panjang. Terus apa untungnya bagi saya? Dengan menahan diri, maka satu masalah sudah dapat dihindari. Mengalah berarti mampu mengalahkan keangkuhan diri. Dan kemenangan sejati adalah bilamana orang mampu mengalahkan diri sendiri.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H