Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Pendengar yang Baik, Tak Kalah Pentingnya Dibanding Pembicara yang Baik

Diperbarui: 23 Juni 2019   17:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi:https://medium.com/@harvardeducation

Orang Merasa Dihargai Bila Kita Mau Mendengarkan dengan Setulus Hati

Banyak orang hanya fokus untuk menjadi pembicara yang baik. Karena bila mana mampu menjadi seorang pembicara yang baik, maka ketika kita berbicara di forum, maka seluruh yang hadir akan diam dan mendengarkan dengan seksama. Apalagi bilamana ketika berbicara kita mampu menyentuh masalah aktual  dan mengena,maka tanpa ada yang memberikan komando, para hadirin akan memberikan applaus berupa tepukan tangan. Bahkan bila kalimat kalimat yang disampaikan terasa sangat mengena di hati para hadirin,maka bisa saja mereka memberikan standing applause.

Akan tetapi, disamping senang mendengarkan dengan antusias pembicaraan yang berbobot, sejujurnya setiap orang ingin juga didengarkan dengan penuh perhatian. 

Sebagaimana kita merasa dihargai  ketika para hadirin di forum menyimak setiap kata yang keluar dari mulut kita, maka begitu juga orang lain akan merasa sangat senang bilamana ketika gilirannya berbicara,kita dapat menjadi pendengar yang baik terhadap dirinya.

Menjadi Pembicara dan Sekaligus Pendengar Yang Baik

Agar tidak terjadi kesenjangan dalam perilaku kita, alangkah eloknya bila kita mau belajar agar di samping menjadi pembicara yang baik, sekaligus menjadi pendengar yang baik. 

Menjadi pendengar yang baik,adalah mencoba berusaha memahami, apa yang sedang dihadapinya. Hindari memotong pembicaraan lawan bicara kita. Biarkanlah ia menyelesaikan pembicaraannya.

Ketika tiba giliran kita yang berbicara, maka upayakanlah memberikan solusi yang tepat dan singkat. Jangan seperti orang memberikan kuliah, walaupun mungkin saja diri kita memang seorang dosen. Apalagi disaat saat lawan bicara kita sedang menghadapi masalah pelik

Sepotong Pengalaman Pribadi

Sejak memutuskan untuk aktif berkeliling Nusantara untuk mengajar di berbagai kota,t entang bagaimana cara melakukan self care atau merawat diri sendiri secara alami, maka secara mental saya sudah siap untuk dibangunkan kapan saja, bilamana ada orang yang membutuhkan bantuan, tanpa menerima imbalan apapun,sebagai Konsultan.

Suatu malam, Ponsel saya berdering. Saya melirik di jam digital yang  ada di Ponsel ,waktu menunjukkan pukul 02.15 dini hari. Ponsel saya angkat dan kemudian terdengar suara seorang wanita, "Selamat malam bapak. Saya Wati, mohon maaf saya mengganggu,  di tengah malam Bayi saya yang baru berusia 4 bulan sejak tadi menangis terus pak ,tidak mau tidur. Di rumah tidak ada siapa siapa. Suami saya sedang berada di Kalimantan. Mau saya bawa ke dokter, hujan lebat dan rumah kami lokasi di dalam gang yang tidak dapat dimasuki taksi. Tolonglah pak". 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline