Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Sekolah Favorit untuk Orang Kaya? Siapa Bilang!

Diperbarui: 22 Juni 2019   09:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ket.foto :  bertemu dengan adik kelas ,setelah 50 tahun tidak pernah bertemu/dok.pri

Saya Anak Kusir Bendi ,Tapi Bisa Sekolah Di Sekolah Favorit

Bahwa ada sekolah favorit yang merupakan sekolah, dimana menumpuk anak anak orang kaya atau pejabat tinggi tentu saja tidak dapat dibantah.

Bahwa ada sekolah favorit yang menerima siapa saja yang mampu membayar mahal,juga bukan kisah baru,malahan sudah jadi kisah klise. Tapi tidak semua sekolah seperti itu. 

Buktinya, saya mendapatkan pendidikan sejak dari SD St.Andreas  ,SMP Frater dan SMA Don Bosco,yang tempo dulu merupakan sekolah terfavorit di Sumatera Barat. 

Buktinya ada banyak pelajar khusus datang dari berbagai kota di Sumatera Barat, seperti misalnya dari Padang Panjang, Bukittinggi, Payakumbuh dan Pekanbaru yang kost di Padang,agar bisa sekolah di sekolah Favorit tersebut. 

Tingkat kelulusan hampir selalu menunjukan angka 100 persen. Walaupun sekolah berada dibawah naungan Yayasan Prayoga adalah merupakan sekolah Katolik, tapi tenaga Pengajar di rekrut dari berbagai latar belakang pendidikan dan tidak sedikit yang beragama Islam terutama di SMA don Bosco. 

Murid murid yang beragama Islam sama sekali tidak perlu kuatir akan diajak ajak pindah agama dan selama sembilan tahun mendapatkan pendidikan di sekolah Katolik, belum pernah mendapatkan berita ada siswa yang pindah agama. Khususnya dari Islam menjadi Katolik.

Ket,foto : istri saya bersama adik adik kelasnya/dokpri

Dari Keluarga Miskin Tetap Diterima

Pada waktu masuk ke SD RK II atau SD St. Andreas, kehidupan orang tua saya masih morat marit. Ayah saya alih profesi dari Supir Truk antar kota, menjadi Kusir Bendi agar bisa dekat dengan keluarga. 

Jadi sudah jelas orangtua saya tidak mungkin mampu bayar mahal. Pada awalnya memang ada rasa kuatir, jangan jangan diminta uang pembangunan sekian sekian yang tidak terjangkau oleh keuangan orang tua saya.Tapi ternyata saya diterima. 

Sebagai anak yang terlahir dari keluarga miskin, saya sungguh tahu diri. Rajin belajar dan tidak pernah absen ke sekolah,walaupun hujan. Saya kesekolah jalan kaki. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline