Bacang Melambangkan Budaya Tionghoa dan Lamang Melambangkan Budaya Minang
Etnis Tionghoa Padang ,sejak tempo dulu sudah dikenal, sangat cepat beradaptasi dengan lingkungan dimana mereka hidup.Salah satu bukti nyata adalah rata rata Etnis Tionghoa Padang, fasih berbahasa Minang ,bahkan hampir sama sekali tidak pernah berbicara dalam bahasa negeri asal mereka. Paling paling hanya bisa mengatakan :" Kamsia" . Hal ini berbeda total dengan saudara sesama etnis Tionghoa yang lahir di Riau dan Sumatera Utara ,yang rata rata masih fasih berbahasa Mandarin atau Hokkien.
Bahkan dalam percakapan sehari hari dalam keluarga,etnis Tionghoa menggunakan bahasa Padang .Dan kalau lagi marah,maka kemarahannya juga diungkapkan dalam bahasa Padang.
Perbedaan Budaya dan Agama Bukan Sekat Pembatas
Walaupun berlatar belakang budaya yang berbeda,bahkan agama juga berbeda,mengingat orang Minang mayoritas beragama Islam,sedangkan etnis Tionghoa memeluk agama yang berbeda beda. Ada yang Konghucu ,Budha ,Katolik dan Kristen Namun sebagian dari Etnis Tionghoa yang menikah dengan orang Minang sudah banyak yang juga memeluk agama Islam termasuk sebagian dari keponakan dan adik adik kami Sehingga yang namanya hidup rukun dalam keberagaman sudah sejak zaman dulu kami terapkan. Misalnya,di rumah kami di Padang, ada ruang khusus untuk sholat .Saling berkunjung untuk mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri dan Tahun Baru Imlek,sudah berlangsung sejak saya masih kecil.
Pasar Tanah Kongsi /dokpri
Di Padang ,ada Kampung Jawa,Kampung Nias ,Kampung Keling dan Kampung Cina,namun sejak sudah lama,hanya tinggal nama saja, karena warganya sudah hidup membaur .Pasar Tanah Kongsi,dimana Penulis pernah tinggal selama bertahun tahun,dulu dikenal sebagai Pasar Pagi etnis Tionghoa,tapi belakangan segala suku sudah membaur,baik yang berjualan,maupun yang datang berbelanja.
Di Pondok,yang terkenal dengan Kedai Kopinya,setiap pagi merupakan tempat kongkow orang orang dari berbagai suku.Bahasa yang digunakan adalah bahasa Padang. Belum pernah terjadi perselisihan yang diakibatkan oleh perbedaan suku dan agama.
Merayakan Hari Raya Dengan Festival Bacang dan Lamang
Berita dari Kompas.com bahwa sejak dari tanggal 6 Juni 2019 kemarin ,hingga hari ini 7 Juni,2019 telah dilangsungkan festival kuliner terbesar yang pernah ada, yakni Bacang dan Lamang Baluo. Yang diberitakan mendapatkan penghargaan dari MURI,karena telah menampilkan 10.000 buah Bacang
Bacang adalah makanan khas dari etnis Tionghoa,yang terbuat dari beras ketan,daging giling,tahu yang dicincang ,telur asin dan irisan daun salader. Tapi kali ini,Bacang di isi dengan daging ayam .Sementara itu Lamang Baluo,sejak dulu kala dikenal sebagai makanan khas Urang Minang.