Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Menyikapi Kata-kata yang Menghina

Diperbarui: 3 Juni 2019   19:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: nobs.com

Bisa Menghancurkan Hidup Kita atau Dijadikan Cambuk Diri 

Dalam kondisi ekonomi yang morat marit,maka baik secara sadar ataupun tidak, orang sering akan menjadi sasaran kata kata yang bersifat menghina. Bagi yang sudah pernah hidup dalam kekurangan, pasti sudah merasakan betapa seringnya diri, menjadi sasaran hinaan dari berbagai kalangan.

Beberapa contoh yang pernah  saya alami dalam perjalanan hidup ,antara lain:

Membeli Sebungkus Nasi Rames 

Suatu waktu, karena istri baru pulang mengajar sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 12.00 siang, maka saya memutuskan untuk membeli sebungkus Nasi Rames.

Rencananya Nasi Rames ini,akan kami makan bertiga dengan putra kami,yang pada waktu itu baru satu orang,yakni putra pertama kami. 

Walaupun sudah antrian lebih awal.namun yang dilayani adalah orang yang pesan :" Nasi pakai ayam goreng",walaupun baru tiba. Karena kuatir mungkin saking sibuknya, yang melayani lupa,bahwa saya sudah menunggu lama, maka saya mengulangi :" Uda,tolong Nasi Rames Sebungkus "

.Tapi ternyata mendapatkan jawaban yang membuat saya kaget. " Ini pesanan lagi banyak ,nasi pakai ayam. Nasi Rames ,tunggulah " ,katanya ketus.

Dilain waktu,saya dapat kabar,bahwa bank membuka kesempatan bagi pengusaha kecil,untuk mendapatkan kredit dalam jumlah terbatas ,untuk dapat digunakan sebagai modal kerja. Yang penting,ada tempat usaha dan sudah ada perizinannya, maka setelah ditinjau oleh bagian kredit, bila disetujui, akan ditentukan besar plafon kreditnya. Dengan memberanikan diri,saya datangi salah satu bank pemerintah . Setelah menunggu cukup lama,saya diiinkan untuk menghadap Kepala Bagian Kredit. 

Ketika masuk ruangan,saya mengucapkan Selamat pagi .namun tidak langsung dijawab ,melainkan Kepala Bagian Kredit memandangi saya dari atas kebawah. Kemudian baru dipersilakan duduk.

Ketika saya sampaikan maksud kedatangan untuk mengajukan permohonan kredit modal usaha kecil.langsung ditanya :"Anda bawa sertifikat rumah atau tanah?" Ketika saya jawab,bahwa saya tidak punya sertifikat maka dengan nada sangat menyakitkan Kepala Bagian Kredit ,dengan setengah berteriak mengatakan:" Asal anda tahu ya,disini,kepala tidak laku dijadikan jaminan ,paham?!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline