Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Cari Alasan untuk Membenarkan yang Salah, Apakah Sudah Tepat?

Diperbarui: 23 April 2019   10:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: suribijak.com

Bukankah Berpotensi  Menghancurkan Tatanan Pendidikan ?

Membujuk orang yang lagi ngambeq atau lagi mengamuk, tentu saja merupakan langkah awal yang terbaik. Alasan mengapa orang ngambeq ataupun mengamuk, tentu bisa saja ada seribu alasan. Antara lain, karena merasa tidak puas, malu kecewa ataupun merasa tidak puas akan situasi dan kondisi yang dihadapinya.

Tetapi ,apapun alasannya, tentu tak elok,lantaran mengharapkan agar orang yang mengamuk menjadi tenang atau diam, lantas menyalahkan pihak lain atau malahan membantu mencarikan alasan pembenaran.   

Seperti misalnya kalimat "Dapat dimaklumi  mengapa ia berlaku demikian,karena diperlakukan tidak adil." 

Kalimat mencari kambing hitam,demi untuk menyelesaikan suatu perkara,justru akan menciptakan masalah yang jauh lebih komplit dan mungkin melibatkan banyak pihak.  

Ibarat bila kita menyaksikan ada orang yang salah memasuki jalan  terlarang maka kita ingatkan bahwa jalan yang ditempunya salah. Tapi kalau demi untuk menyenangkan hati pengemudinya, papan larangan masuk kita cabut tentu bukan cara yang baik. 

Hal ini hanyalah sebuah analogi,yang mungkin akan dikritik,bahwa dalam kenyataanya tidaklah semudah itu.

Pendidikan Dimulai Dalam Keluarga

"Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. "  (https://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga

Dalam rumah tangga, ketika sudah ada kesepakatan, yang dibuat bahwa anak anak yang lulus ujian akan mendapatkan hadiah, maka setelah disetujui, maka sejak saat itu, kesepakatan telah bertransformasi menjadi aturan.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline