dokumentasi pribadi
Terpulang Pada Cara Kita Menyikapinya
Hubungan kekeluargaaan tidak semata mata karena adanya hubungan darah,tapi bisa juga karena jalinan hubungan batin yang tulus.yang menciptakan rasa kekeluargaan yang tidak lekang oleh teriknya mentari dan tak akan lapuk oleh perjalanan waktu.Setidaknya ,hari ini kami membuktikan bahwa perbedaan bukanlah halangan untuk menjalin hubungan kekeluargaan. Kami berbeda dalam berbagai hal.
Beda asal muasal,beda budaya,beda latar belakang kehidupan dan berbeda dalam keimanan. Namun,perjalanan waktu,selama hampir duapuluh tahun,sejak awal kami saling mengenal,ternyata sama sekali bukanlah dinding atau sekat yang menjadi dinding pembatas antara kami.
Berkumpul di Bandung
Malam ini,kami diundang oleh bu Susy Sulastri SH dan suami Ir.Bambang Jaka Leksana,yang datang bersama kedua putri mereka .untuk makan malam bersama. Kami di jemput di hotel Gino Perucci dan kemudian dibawa kesalah satu restoran masakan Sunda. Kami berpikir,hanya kami berenam orang,tapi ternyata setibanyanya disana tampak ada sekitar 30 orang lagi teman teman lainnya,yang sudah menungguh kedatangan kami.
Ada Pak H.Arifin yang datang dari Garut.ada bu Yulie yang datang dari Slipi di jakarta,Kolonel Eddy Sarwo dan istri ,serta teman teman lainnya,yang sudah lama tidak ketemu. Hal ini merupakan sebuah kejutan yang sangat mengesankan bagi kami berdua. Betapa suatu rasa haru memenuhi hati kami,hingga ke relung relung hati yang terdalam.
.
Kami saling berebut bercerita ,tentang nostalgia,dimasa masa kami sering bertemu.Disamping saya duduk bu dokter Endang, yang asyik berbicara dengan istri saya ada bu Elisabeth,yang tahun ini sudah berusia 78 tahun,ada bu Sukarti ,bu Cucu,Neng,Mifta,Eep dan seterusnya.Tak ada sekat ,tak ada sikap kaku yang mewarnai perjumpaan kami .
Kalau boleh dikatakan ,lebih menyerupai pertemuan antara satu keluarga besar.Kami bukan hanya saling berbagi kisah hidup,tapi juga berbagi nasi dan lauk pauk. Serasa kami tidak ingin kebersamaan ini pergi begitu saja,karena kami akan sangat jarang bertemu.
Karena itu,sementara kami menikmati masakan Sunda yang disediakan,tentu tidak melewatkan kesempatan untuk jepretsana ,jepret sini.Saat saat seperti ini,sekaligus mematahkan paradigma negatif yang selama ini terbentuk,bahwa perbedaan asal muasal dan perbedaan budaya,apalagi berbeda dalam keimanan,akan menjadi dinding pembatas dalam hubungan kekeluargaan. Malam ini,kembali kami membuktikan,bahwa semuanya terpulang kepada kepribadian masing masing,sejauh mana kearifan kita dalam menyikapi perbedaan tersebut.