Ditulis Berdasarkan Pengalaman Hidup Pribadi
Pada waktu itu, saya masih duduk di kelas 3 SMP Frater di kota Padang. Sejak dari kelas 1 saya sudah berikrar akan ke gereja setiap hari selama 1000 hari, bukan hanya sekali seminggu saja. Tidak ada yang menyuruh saya, hanya hasrat yang terlahir dari lubuk hati yang terdalam.
Setiap pagi saya bangun, tidak peduli hujan turun lebat bahkan banjir melanda daerah kediaman kami di Kali Kecil IV di daerah Pulau Karam. Satu-satunya yang tahu tentang ikrar saya untuk 1000 hari tanpa terputus kegereja hanya diri saya dan Tuhan, serta ibu saya yang beragama Buddha pada waktu itu.
Ibu saya almarhum mendukung niat baik saya. Setiap pagi saya dapat sepotong ubi atau pisang rebus dan secangkir teh hangat sebagai sarapan.
Pada saat saya mengalami demam merupakan saat yang paling berat bagi saya, untuk tetap kosisten bahkan ibu saya yang selama ini mendukung kali ini melarang saya untuk jangan ke gereja dalam kondisi demam.
Tapi saya tetap mohon agar ibu mengizinkan saya dan dengan mata berkaca kaca ibu saya memeluk diri saya dan dengan berat hati mengizinkan saya tetap kegereja.
Pernah Saya Tengok Jam Mati
Pernah suatu waktu ,seperti biasa saya lari-lari pagi ke gereja. Tiba di depan Bioskop Cinema ada Penjaga malam yang berteriak :"Hai lu mau kemana ?" Saya jawab:" Mau ke gereja"
"Haaa jam 2 .00 pagi lu mau ke gereja? Sini lu ,"katanya dan saya datang mendekat, ia memperlihatkan jam tangannya, ternyata pukul 2.05 pagi. Saya lari lagi pulang kerumah dan melihat ke jam dinding kuno, ternyata menujukkan pukul 5.30 tapi jam sama sekali tidak bergerak. Rupanya yang saya tengok adalah jam mati
Kembali Kejudul Tulisan
Saya bersykur sudah mampu melewati angka 923 kali setiap hari ke gereja. Sore hari ada Sukirman anak tetangga saya yang kedua orang tuanya berkebun kangkung dan bayam datang bertandang kerumah. Ia hanya bersekolah hingga kelas 3 SD dan kemudian keluar karena ketiadaan biaya.