Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Dihukum oleh Rasa Bersalah Sungguh Teramat Menyakitkan

Diperbarui: 21 Oktober 2018   18:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: pixabay.com

 Kemungkinan besar, hampir setiap orang pernah merasakan bagaimana rasanya dihukum oleh rasa bersalah walaupun sesungguhnya tidak terjadi pelanggaran hukum. Ada yang berpendapat, bahwa hal tersebut terjadi lantaran terlalu baper atau bawa perasaan. Sehingga hal-hal yang sesungguhnya tidak perlu dipikirkan, malahan menjadi beban bathin atau setidaknya menghadirkan rasa bersalah didalam diri.

Kalau peristiwanya diceritakan, mungkin bisa saja dianggap sebagai fiksi,walaupun sesungguhnya bagi kita yang merasakan kejadiannya adalah sebuah kenyataan. 

Orang Yang Ditelpon Sudah Keburu Meninggal

Beberapa waktu lalu, WhatsApp saya sempat error, entah apa sebabnya. Nomor yang saya gunakan adalah nomor Australia, tapi yang muncul di layar Ponsel teman teman dan sanak keluarga di Indonesia, adalah nomor Indonesia yang sama sekali tidak dikenal. 

Saya sudah mencoba membawa Ponsel saya ke Counter Vodafone untuk menanyakan,mengapa bisa terjadi demikian? Tapi jawaban yang saya terima adalah mereka tidak bisa menjawabnya karena kejadian tersebut bukan bersumber pada Vodafone. 

Akhirnya hal ini berlanjut terus,sehingga membingungkan teman teman dan sanak keluarga saya. Karena mereka tahu,bahwa kami tinggal di Australia, tapi yang muncul adalah nomor Indonesia yakni nomor +6281372425991  

Akibatnya Merusak Hubungan Baik yang Selama Ini Terjalin 

Akibat terjadinya perubahaan nomor Australia menjadi nomor Indonesia,yang bukan nomor saya telah menimbulkan rasa bersalah dalam diri saya,karena salah satu dari mantan siswa saya yang sempat kami temui, bahkan makan bersama di Restoran Sari Minang di Jalan Juanda, Jakarta.

Berkali kali keluarganya mencoba menghubungi saya, tapi pesan tidak  masuk. Hingga kemudian ketika saya coba menelpon, terdengar suara seorang wanita yang sedang menangis dan mengatakan bahwa suaminya yakni mantan siswa saya sangat pingin berbicara dengan saya, namun Ponsesl saya tidak bisa dihubungi. 

Saya terpana dan hanya bisa minta maaf, bahwa Ponsel saya ada masalah. Tentu saya tidak mungkin  menjelaskan panjang lebar kepada orang yang sedang berduka. Itulah terakhir kali kami komunikasi dan selanjutnya hubungan terputus.

 Padahal sebelumnya kami  hampir setiap hari berkomuniksi lewat WA Group. Walaupun tidak ada yang menyalahkan saya, namun ada seberkas rasa bersalah dalam diri saya, karena keinginan terakhir dari mantan siswa saya untuk berbicara dengan saya terabaikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline