Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Amsterdam, Ikon Dunia Bagi Kebebasan

Diperbarui: 14 Agustus 2018   20:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.tjiptadinata effendi

Hari ini ,kami berdua dibawa untuk menyaksikan dimana :"Surga dan Neraka " berada disatu tempat secara berdampingan,yakni Amsterdam ,ibu kota Negeri Belanda. Setelah kendaraan di parkir di Train Central Station.kami ,yakni saya dan istri serta Ronald dan Iyet istrinya,menumpang kereta api dengan tujuan Amterdam. 

Setelah membeli tiket,maka kami melenggang masuk dan menunggu di Plaform 6 .Hanya menunggu sekitar 5 menit,kereta api tiba dan kami masuk kedalam gerbong yang masih tampak sepi. Mungkin karena masih pagi.

dok.tjiptadinata effendi /salah satu bangunan gereja di Amsterdam

Dan beberapa saat kemudian,kereta api bergerak dengan destinasi Amsterdam dan sambil bercerita hilir mudik,tentang keunikan sifat-sifat orang Belanda secara umumnya. Ronald yang adalah alumni USU dan menjadi Dosen di salah satu university di kota Tilburg banyak menjelaskan tentang pernak pernik Amsterdam.

dok.tjiptadinata effendi dengan latar belakang Central Train Station

Dari mulai penjara ,dimana warga penghuni penjara boleh pesan menu sesuai selera mereka.hingga daerah :"Lampu Merah" yang menjadi salah satu ikon dari kota Amsterdam ini.  

Kami bercerita dalam bahasa Padang,sehingga "tetangga " kami di gerbong kereta api,memandang dengan heran.Mungkin sebuah teki teki bagi mereka, dalam bahasa apa kami berbicara? Saking asyiknya ,maka tanpa terasa ,kami sudah tiba di lokasi yang menjadi tujuan  kami,yakni di Amsterdam.

dok.tjiptadinata effendi /daerah Lampu Merah dimana para barbie hidup menjajakan diri di estalase

Kota Penuh Kebebasan

Dikota ini orang bebas memilih jalan hidup masing masing.Ada rumah rumah ibadah ,bagi mereka yang ingin menuju jalan ke surga,ada juga daerah Lampu Merah,dimana para :"barbie hidup" menjajakan diri secara terang terangan. 

Calon "pembeli " boleh melihat lihat dulu di estalase,tak ubahnya bagaikan mau beli barang di toko. Kalau tertarik boleh masuk dan adakan tawar menawar. Tapi ini bukan  pengalaman pribadi saya,melainkan diceritakan oleh Ronald.

dok.tjiptadinata effendi / bendera petanda daerah komunitas Gay berjualan

Mau makan enak? Tidak ada masalah ,karena beragam masakan dan restoran  tersedia disini.Tidak usah naik taksi,cukup berjalan kaki saja. Ada European food,Chinese Restaurant dan tentu ada juga indonesian Food.  

dok.tjiptadinata effendi/ restoran Indonesia

Atau mau makan buahan? Juga tidak harus masuk ke super market karena ada yang jualan buahan di toko toko pinggiran jalan yang harganya jauh lebih murah dibandingkan, berbelanja di mall atau di supermarket,

dok.tjiptadinata effendi/jualan buah dipinggir jalan

Tempat Press Sampah Yang Unik
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline