Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Iri Menyaksikan Semangat Gotong Royong Orang Italia Ternyata Masih Awet

Diperbarui: 25 Juli 2018   12:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: okezone.

Sewaktu kami pulang dari jalan jalan sehari suntuk di Venesia ternyata di Padova terjadi hujan dan badai. Tampak dibeberapa lokasi dahan pohon yang patah, bahkan pohonnya tumbang. Bahkan ketika kami singgah di Mall, dibeberapa lokasi ada air yang tergenang. Hal yang menurut adik kami tidak biasa terjadi. Akibatnya supermarket ditutup lebih awal.

Dilokasi apartement dimana kami menumpang tinggal bersama keluarga adik kami ternyata tak luput dari akibat badai ini,yakni patahnya dahan dahan pohon disini. Setelah hujan berhenti, tampak penghuni apartement ini,secara bersama sama turun tangan membersihkan dahan dahan yang patah. Bahkan yang tinggal di lantai atas yang sesungguhnya sama sekali tidak akan terusik oleh dahan patah ini, juga turun tangan. Tidak tampak ada yang memberikan komando. Agaknya mereka sudah sangat terbiasa bergotong royong. 

Sementara kaum wanita bergotong royong mengepel lantai dilaman masuk apartemen. Ketika saya melewati  lokasi ini, hampir serentak mereka mengingatkan agar saya berhati hati,karena lantai licin. Walaupun hanya mengerti beberapa patah kata bahasa Italia, tapi dengan menengok bahasa non verbal yang dikedepankan, saya memahami apa yang dimaksudkan.

Di Jakarta Semangat Gotong Royong Sudah Lama Punah

Sejujurnya,saya iri menyaksikan,betapa orang disini,yang tidak pernah mengenal istilah gotong royong,ternyata mampu mempertahankan semangat gotong royong,Yang di Jakarta sudah lama punah. Selama saya tinggal di  salah satu unit apartemen di Kemayoran,Jakarta pusat,jangankan bergotong royong,malahan tetangga meninggal ,banyak yang tidak tahu. Paling cuma bertemu di lobbi apartemen dan ngobrol basa basi,namun sangat kental terasa bahwa setiap orang saling menjaga jarak dan tkiak ingin terlibat percakapan yang lebih akrab.

Rasa Kekeluargaan Yang Dijunjung Tinggi

Secara hubungan kekeluargaan,sesungguhnya kami hanya terpaut dengan adik kami Margaretha dan suaminya Sandro.Tapi ketika kami diajak berkunjung disalah satu rumah temannya di desa Falcade, seluruh keluarga menyambut kami dan memperlakukan kami seperti sahabat mereka sendiri. Mulai dari kedua orang ,sahabat adik kami Frederika dan suaminya, serta adiknya Chiara dan suaminya Michael, serta semua anak anak mereka ikut ambil bagian dalam pertemuan ini. Usai santap siang, malahan kami diajak untuk jalan jalan ketaman umum,bersama seluruh anggota keluarga. Bagi mereka ,keluarga sahabat mereka,adalah juga keluarga mereka sendiri. 

Kedua hal ini, sesungguhnya pernah hadir dalam kehidupan bermasyarakat di negeri tercinta kita, tapi sayang sekali sudah lama punah. Karena orang dizaman Now, sudah terlalu sibuk mengurus diri sendiri, sehingga tidak lagi tertarik untuk melestarikan semangat gotong royong dan semangat kebersamaan.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline