Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Pernah Mendengarkan Jenis Masakan Pag-Pag?

Diperbarui: 2 Juni 2018   21:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto:kaskus.com

Perlu Dibaca Untuk Dijadikan Pelajaran Hidup, Baik Bagi Diri Sendiri ,Maupun Bagi Keluarga

Pada awal kami mulai menetap di Australia,kami ikut dalam berbagai kegiatan,termasuk mengikuti kursus bahasa Inggeris,yang diadakan di Gedung Multicultural Service di kota Wollongong.Pada umumnya, yang datang adalah para pendatang dari Indonesia, Malaysia, Philipina, Taiwan, Korea dan dari Timur Tengah. 

Ronald yang berasal dari pinggiran kota Manila,ibu kota Philipina,menceritakan betapa susahnya mereka sekeluarga untuk mendapatkan makanan,karena ayahnya hanya buruh pabrik, sedangkan mereka sekeluarga terdiri dari 6 orang,yakni ayah dan ibunya, Pedro dan 3 adiknya. Akibatnya mereka terpaksa ikut mencari sisa sisa makanan yang dibuang dari Chinese Restaurant dan  fast food. Semua sisa sisa makanan ini,dibersihkan dan dimasak kembali dan kemudian dijadikan hidangan bagi keluarga.

Terkadang beruntung,mendapatkan makanan kaleng yang dibuang,karena sudah kadaluarsa. Tapi bagi mereka, mendapatkan makanan kadaluarsa yang masih dalam kemasan dan dalam kaleng,sudah merupakan sebuah keberuntungan.

Belakangan ,tempat pembuangan sampah sudah diblokir oleh para "Mafia" makanan bekas. Sehingga mereka harus mengejar langsung ketong sampah restoran . Karena kalau sudah ditempat pembuangan sampah,mereka tidak boleh lagi ikut mengais sisa sisa makanan,karena sudah ada : "boss"nya

foto:kaskus.com

Diberitakan Oleh BBC.Com

Ternyata Apa yang Diceritakan Oleh Pedro, diberitakan juga oleh BBC.com  

Pengumpulan daging/makanan bekas di tempat pembuangan sampah dimulai pukul 4 pagi. Sisa-sisa makanan tentunya baru sampai ke pembuangan sampah pada jam ini dimana para pekerja pencari daging sisa ini sudah bersiap untuk mengumpulkan daging bekas. 

foto:kaskus.com

Referensi kaskus.com

Bayaran yang diterima untuk para "kuli" hanya sebesar 6$ ( Sekitar 80ribu ) per minggunya. Tentunya bayaran tersebut baru akan diberikan jika semua bahan kumpulan sudah laku terjual. Untuk 1 bungkus daging buangan dihargai sekitar 50 sen atau sekitar 7-8ribu rupiah.

Setelah dijual ke penadah (biasanya sekaligus rangkap menjadi juru masak) maka sang koki akan mencari bumbu masak lainnya dan siap untuk mendaur ulang makanan bekas tersebut. Masakan Pag pag ini merupakan santapan sehari harian dari para pekerja lepas,yang tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli fresh food dan tentunya para pemulung sisa sisa makanan ini,ikut ambil bagian dari santapan olahan ini.

Seperti kata pribahasa: "Alah bisa ,karena biasa" maka begitu jugalah bagi warga miskin dipingiran kota metropolitan Manila. Karena sudah terbiasa sejak kecil, maka menikmati makanan Pag Pag ini, mungkin tak ubahnya seperti kita makan nasi kucing ,yang kini tanpa ada rasa risih,disantap juga oleh orang kantoran.

Bagi yang sudah pernah berkunjung ke Philipina,pasti sudah mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan warga dipingiran kota. Kami berkunjung ke Manila cuma 2 kali dan itupun sudah lama sekali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline