Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Mau Menikah? Sudah Siap Lepas Hobi dan Kehilangan Kebebasan?

Diperbarui: 13 April 2018   23:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: beltsvillefootcare.com

Renungan Diri Sebelum Mengambil Keputusan Menikah

Sebelum memutuskan untuk menikah, perlu waktu untuk merenung diri. Apakah benar benar diri kita sudah siap untuk menikah?Bukan masalah usia,tapi kematangan sikap mental yang dituntut dalam sebuah pernikahan.

Karena banyak orang yang dari segi usia,sudah lebih dari dewasa,namun mentalnya sesungguhnya belum matang. Sehingga bilamana dipaksakan,maka sudah dapat diramalkan,rumah tanggnya tidak akan mampu bertahan lama.

Karena menikah, berarti siap untuk melepaskan kebebasan diri, termasuk menekuni hobi yang mungkin sudah bertahun tahun dijalani. Seperti misalnya, sebelum menikah saya setiap hari Minggu pasti ke laut atau ke pulau untuk memancing ikan. Dan baru pulang ketika matahari sudah terbenam.

Atau saya pergi ke kampung-kampung untuk berburu tupai dan baru pulang ketika sudah senja. Begitu menikah, maka hobi tersebut dengan sendirinyaharus mampu saya hentikandemi untuk menjaga kelangsungan hidup pernikahan.

Begitu juga dengan istri saya, hobi nonton film silat berjilid jilid tapi setelah menikah tentu hobi tersebut sudah tidak dapat dilanjutkan. Karena sebagai istri ada kewajiban rumah tangga yang harus dikerjakan Dan sebagai suami dituntut untuk berkerja mencari nafkah.

Menyamakan Hobi Antara Pasangan adalah Gampang Gampang Susah

Menyamakan hobi  dengan pasangan hidup kita menjadi gampang bila kedua belah pihak mau saling mengalah dan memahami. Akan tetapi akan menjadi rumit dan dapat mengundang percekcokan bilamana salah satu bersikukuh untuk tetap pada hobi sebelum menikah. Untuk dapat menyelaraskan hobi dengan pasangan hidup butuh waktu dan kesabaran.

Setelah perjalanan waktu yang panjang yang disertai dengan saling memahami, baru kami dapat menyamakan hobi atau mengadakan persetujuan tidak tertulis. Misalnya ketika istri saya lagi nonton televisi  di samping saya, maka saya duduk menulis artikel. Volume suara televisi diminimalkan, agar konsentrasi menulis tidak buyar.

Kalau  istri saya berbelanja kepasar,maka saya selalu ikut,menemani. Begitu juga kalau sesekali saya mancing di Swan River, maka istri saya juga ikut mancing bersama . Setiap pagi kami jalan kaki berdua dan kemudian duduk di tepi pantai menikmati kopi hangat yang kami bawa dalam thermos. Dan selanjutnya saya mengemudikan kendaran dan didampingi istri kemana saja.

Untuk Mencapai Tahap Ini Butuh Waktu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline