Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Hari Nelayan Nasional Ke-58, Nasib Nelayan Tidak Berubah

Diperbarui: 7 April 2018   08:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Seingat saya,sejak tahun 1960,ketika saya masih duduk di SMA don Bosco di Padang, tanggal 6 April setiap tahun,diperingati sebagai Hari Nelayan secara nasional. Tapi saya amat yakin,bahwa sebagian besar dari nelayan ,malah tidak tahu bahwa hari ini adalah Hari Nelayan. 

Karena bagi mereka menjala ikan,adalah jauh lebih penting,ketimbang ikut merayakan sesuatu yang bagi mereka tak bermakna apapun.

Dokumentasi Pribadi

Karena saya lahir dan dibesarkan di Kota Padang,yang terletak ditepi laut,maka sejak kecil saya sudah akrab dengan para nelayan .Dan kelak setelah dewasa menjadi langganan membeli ikan  pada mereka Saya tidak akan pernah tega menawar ikan hasil tangkapan mereka,karena sudah menyaksikan secara langsung, kehidupan mereka.

Bahkan ketiga bulan lalu,saya diajak makan ikan oleh keponakan kami Rukiat,di tepi pantai ,saya masih menyaksikan  pemandangan yang sama seperti masa dulu. Apa yang disebut rumah,sesungguhnya jauh dari layak untuk disebut rumah .Tapi anehnya,hingga saat ini,kondisi mereka ,sepertinya sama sekali tidak tersentuh oleh perhatian pemerintah setempat.

Dokumentasi Pribadi

Elo Pukek Yang Hampir Punah

'Pukek' atau pukat adalah cara menjala ikan tradisional yang sudah ada sejak tempo dulu. Masih dijaga kelestariannya oleh warga Kota Padang yang berdomisili di sekitar pantai Padang Pantai yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia ini menyimpan sejuta kisah hidup anak anak nelayan yang mungkin tidak banyak orang yang tahu.

Dokumentasi Pribadi

Caranya adalah dengan membawa pukat ke laut yang dalam dengan perahu dan kemudian kembali ke pantai dengan membawa tali panjang yang berhubungan dengan pukat tersebut. Mereka sabar menanti sambil melepaskan lelah dengan duduk di bebatuan besar yang dijadikan sarana untuk membentengi pantai dari erosi keganasan ombak.

Kini,yang masih mampu bertahan,sudah sangat sedikit.Hanya karena  pekerjaan menjala ikan dengan "pukek"ini sudah mendarah daging dalam dir mereka.Sehingga walaupun sama sekali tidak menjanjikan nasib yang lebih baik,namun mereka tidak punya pilihan lain.

inilah salah satu rumah nelayan (Dokumentasi Pribadi)

Bagi Yang Sudah Pernah  Menyaksikan Langsung Kehidupan Nelayan,Pasti Tidak Tega Menawar Ikan Hasil Tangkapan Mereka

Menyaksikan kulit mereka yang kering dan gersang tersengat sinar mentari setiap hari dan wajah wajah yang jauh lebih tua daripada usia mereka sesungguhnya sebebal apapun perasaan seseorang,pasti akan terbit rasa iba,menyaksikan kehidupan mereka. Hidup di gubuk yang hampir roboh dan dilamannya tergenang air,sudah merupakan hal yang sangat biasa bagi mereka.

Dokumentasi Pribadi

Bau amis ikan yang dijemur didepan gubuk mereka,sudah tidak lagi dirasakan,karena sejak dari masih di buaian,mereka sudah bernafas dengan usara yang berbau amis

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline