Sudah begitu banyak peristiwa terjadi, yang dapat dijadikan contoh atau alaram,agar jangan sampai terjadi pada diri kita. Tapi sayang sekali,banyak orang yang menganggapnya sepele dan tidak penting. Sehingga setiap kejadian dibiarkan berlalu tanpa berusaha untuk memetik hikmahnya.
Akibatnya, "ritual" lingkaran setan,terulang lagi dan lagi. Yakni,terlahir miskin,kemudian nasib berubah total dan menjadi orang kaya.Bukannya bersyukur, malahan lupa diri dan menjadi sombong. Akhir perjalanan hidupnya, sudah bisa diramal, walaupun kita bukan peramal. Yakni, semakin tinggi keangkuhan diri seseorang,maka semakin tinggi pula tempat jatuhnya.
Menertawakan kejatuhan dan penderitaan orang lain,tentu tidak sesuai dengan harkat dan martabat kita sebagai manusia. Namun terkadang perlu,untuk menuliskannya.agar orang lain ,sadar diri dan jangan lagi pernah mengulangi kesalahan yang sama.
Dulu Pengusaha,Kini Jadi Sopir Grab
Minggu lalu, ketika masih di Jakarta,karena didepan unit apartemen yang kami tempati,tidak tampak satunya taksi yang standby, maka kami mengambil insiatif untuk menggunakan taksi online. Menunggu sekitar 15 menit, taksi yang ditunggu sudah berada di depan lobi apartement dan kamipun masuk kedalam kendaraan.
"Selamat siang pak /bu"sapa sopir taksi dan seperti biasa kami juga membalas sapaan tersebut. Tapi tiba tiba sopir menatap agak lama kearah kami dan ketika pandangan mata kami beradu, ternyata Tedy , sahabat sesama bisnis sewaktu di Padang ,hampir 30 tahun lalu. Tampak wajahnya jauh lebih tua daripada usianya,yang terpaut lebih dari 10 tahun,dibawah usia kami.
Langsung saya salami dan tampak wajahnya menjadi gelisah dan galau. dan dengan tergagap mengatakan :" Hai pak Effendi dan ibu. hahaha ini saya cuma iseng iseng,ketimbang duduk bengong dirumah. " Kata Tedy,sambil ketawa .Namun sangat kentara,suara ketawa yang keluar adalah tawa yang dipaksakan.
Mungkin malu hati bertemu kami,karena dulu sempat selama bertahun tahun,menjadi pengusaha sukses.Namun keangkuhan diri,telah menjebaknya dan berakhir dengan kembali kepada kondisi semula,yakni bekerja sebagai sopir
Karena sejak usahanya maju pesat, Tedy (bukan nama sebenarnya),sudah amat jarang bertegur sapa dengan kami.Padahal,sebelum sama sama menjadi pengusaha, setiap kali ketemu,kami saling bercanda. Sering bertemu sarapan dikedai kopi di pondok,kota Padang. Tapi sejak menjadi pengusaha besar,hubungan semakin lama semakin menjauh.
Saya berusaha untuk mencairkan suasana yang terasa tidak nyaman,namun Tedy lebih banyak menjawab :" ya pak " dan terus diam. Mungkin karena mengemudikan kendaraan dengan pikiran galau dan suasana yang tidak nyaman,dua kali,kendaraan yang dikemudikannya,hampir menyerempet kendaraan yang disalibnya.
Memetik Hikmah Dari Perjumpaan Kami