Untuk Mencegah Punahnya Bahasa Daerah
Kemajuan zaman,tentunya patut disambut dengan penuh rasa syukur.Karena apa yang dulunya ,masih merupakan misteri,bahkan dianggap tahayul,kini sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.Bukan hanya bagi masyarakat dikota besar,tapi merambah hingga ke kampung kampung. Salah satu contoh nyata adalah cara menanak nasi.Yang dulu mengggunakan tungku dan priuk,serta kayu api dan sepotong pipa untuk meniup api,agar tetap menyala,sudah sejak lama dimuseumkan. Kini orang dengan mudah menanak nasi,tapi kayu dan api.Bahkan untuk menanak nasi,bisa diprogram lewat remote control,jam berapa ingin nasinya matang,
Bahkan kini,lampu dapat menyala dengan sendirinya ,bila hari mulai gelap dan padam otomatis,bila mentari mulai terbit .Hal yang dulunya ,mungkin dianggap sesuatu yang mistis dan dihubung hubungkan dengan alam gaib. Kini,siapapun dapat memilikinya,dengan mengeluarkan dana sekitar 1 juta rupiah.
foto kiriman: Asro Sikumbang/finansial.m.klikpositif,com
Kembali Kejudul
Namun tak dapat dipungkiri,bahwa kemajuan zaman disatu sudut ,sementara disisi lain,mengalami kemunduran.Salah satunya adalah tergerusnya budaya dan bahasa daerah. Contoh nyata adalah ,ketika kesempatn pulang kampung ke Padang, rata rata generasi muda Sumatera Barat,sudah tidak lagi menggunakan sapaan"Uni"untuk wanita dan "Uda" untuk pria. Mereka merasa lebih bangga,menggunakan panggilan :"Abang,"pengganti kata "Uda " dan menggunakan kata panggilan "Mbak" sebagai ganti kata panggilan:"Uni" ,Ini baru mengenai sebatas panggilan,apalagi kalau berbicara pengethuan mereka tentang bahasa Minang. Ketika saya mencoba menggunakan bahasa daerah,kebanyakan dari generasi muda,terpana dan melongo,seakan saya sedang berbicara dalam bahasa Perancis
Lestarikan Bahasa Minang Lewat Kaus
Dalam kesempatan Bazaar ,yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Sumbar ,dalam rangka memperingati HPN minggu lalu, telah tercetus kesepakatan antara 10 Pengusaha Kaus di Sumbar ,untuk ikut melestarikan bahasa daerah ,melalui Kaus. Maka mereka mendirikan Asosiasi : "Minang Klot" Yang mendapatkan apresiasi dari Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Taufik Effendi.
Salah seorang dari Pengusaha Kaos yang bergabung dengan Asosiasi Minang Klot ini ,Asro Sikumbang yang dihubungi,nama Minang Klot ini memileik arti dan makna tersendiri. Kosa kata:"KLOT" merupakan akronim dari :"Kaos Lokal On The Road" Sedangkan kata :"Minang" adalah sebagai rujukan bahwa kalimat kalimat yang dicantumkan pada kaus yang diproduksi,akan senantiasa merujuk pada bahasa dan budaya Minang.
Menurut Asro Sikumbang,sebagai salah satu Produsen Kaus ini, yang ikut merintis dan menancapkan Afiliasi Pengusaha Kaos Minang ,yang dinamakan Minang KLOT (R),terdiri dari Brand Tengen,Mangkuak,Rumah Cipuik,Tangkelek,Situhuak,Kapalo Kombet,Inyiak,Wayoik,Taralak dan Bingkaruang.